Khutbah Idul Adha 1443/2022 : Belajar Rekonstruksi Sejarah Masa Lampau
khutbah-iduladhaWafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Tema Khutbah Idul Adha 1443/2022 :
“Belajar Rekonstruksi Sejarah Masa Lampau“
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Univ. Al-Azhar Mesir dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Kirim Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan mereka.
WA : +628161191890
Klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan Masjid JAMI’ AL-ITTIHAD Penggilingan Tengah Kebalen Babelan Kab. Bekasi. AHAD, 10 Juli 2022 M/10 Dzulhijjah 1443 H.
اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْض الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ
اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ اتقواالله حق تقاته ولاتموتن الاوانتم مسلون
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Hari ini seluruh umat muslim bersukacita, bergembira dan bahagia karena dipertemukan kembali dengan hari raya umat muslim. Hari raya ini Allah sediakan untuk orng-orang yang lelah, cape dan letih selama menjalankan perintahNya baik yang sedang berhaji, berwukuf, bermalam di Muzdalifah dan Mina maupun untuk kita yang sedang berada di tempat ini dengan berdzikir bersama, bertakbir, tahlil dan bertasbih bersama karena telah menjalankan ibadah puasa selama sembilan hari dari awal bulan Dzulhijjah sampai tanggal 9 Dzulhijjah, semunya kita lakukan karena patuh dan taatnya kita dengan perintah Allah dan RasulNya.
Hari
ini juga kita menyaksikan 1 juta saudara-saudara muslim kita yang sedang
berjuang di tanah suci, wukuf di Arofah, Mabit di Muzdalifah dan Melontar
jumroh di Mina, mereka adalah orang-orang pilihan Allah, tamu Allah dan yang
mendapat undangan Allah untuk datang kerumahNya agar menjadi seorang muslim
yang sempurna agamanya, mereka rela meninggalkan kampung halaman, rela
meninggalkan sanak keluarga, rela lelah, rela cape, rela letih semata-mata
karena ingin mendapatkan ridho Allah swt.
Untuk
kita yang tidak sedang berada di tanah suci, pagi hari ini kita penuhi
panggilan Allah untuk duduk bersimpuh di rumah Allah ini, menjalankan
perintahNya melakukan sholat ldul Adha berjamaah dan berqurban sebagai rasa
syukur kita yang telah Allah limpahkan rezeki dan karuniaNya yang sangat
banyak, saking banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada kita, sampai-sampai
kita tidak akan mampu menghitungnya.
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا
تُحْصُوْهَا ۗ
“Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya”. (QS. Anhl : 18).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Hari raya Idul Adha banyak memberikan pembelajaran untuk kita,
betapa penting arti pengabdian, perjuangan, kasih sayang dan keihlasan, kita
diajarkan secara langsung oleh Nabi Ibrahim AS yang harus kita suritauladani
dan kita ikuti atas perjuangannya. Ibadah hari raya ldul Adha dan ibadah haji
semuanya tidak lepas dari sejarah ritual syariah yang telah dilakukan Nabi
Ibrohim AS dan keluarganya. Diantaranya :
Pertama, Nabi Ibrahim Menemukan Tuhan Dengan Hidayah Allah.
Nabi Ibrahim berdebat dengan bapaknya dan kaumnya tentang
kebatilan aqidah dan kemusyrikan yang dilakukan berupa penyembahan terhadap
patung dan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang sehingga Ibrahim
dengan bimbingan Allah untuk mentauhidkan Robbul’alamin dapat mengenal Allah
karena hidayah Allah, Firman Allah swt.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي
ضَلَالٍ مُبِينٍ ( )
“Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, “Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Aku melihat kamu dan
kaummu dalam kesesatan.”
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ
مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ ( )
“Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan
(Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia
termasuk orang yang yakin.”
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ
رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ
الْآَفِلِينَ ( )
“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
“Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا
قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي
لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ ( )
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah
Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika
Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang
sesat.”
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً
قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي
بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, dia
berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”. (QS.
al-An’am: 74 – 78).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Kedua, Ibrahim Hamba Yang Patuh Dengan Perintah Allah.
Kepatuhan Nabi Ibrahim kepada Allah diawali sejak Nabi Ibrahim
ingin sekali memiliki keturunan yang sholeh yang selalu beribadah kepada Allah
swt dan membantu segala urusannya, Sarah istrinya pun dinyatakan mandul sehingg
Sarah memberikan budaknya yang bernama Hajar kepada suaminya agar memiliki anak
darinya. Hajar pun kemudian hamil dan melahirkan Nabi Ismail AS, lalu Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim pergi membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, tidak lama
setelah sampai di Makkah, Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail ditempat
tersebut dan ingin kembali ke Syam. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim pulang,
maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai
Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah
yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus
saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak
menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang
memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Lalu Hajar berkata,
إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا
“Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Tadak sampai distu saja, kepatuhan Ibrahim pun masih terus diuji
Allah, saat Nabi Ismail menanjak dewasa (Ghulam) dan Nabi Ibrahim sangat
mencintainya, Allah perintahkan untuk disembelih meskipun akhirnya Allah
mengganti dengan domba yang besar sebagai tebusan. Inilah sosok anak dan ayah
yang sangat patuh dengan perintah Allah swt.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Ketiga, Ibrohim Dapat Gelar Kholilullah.
Kholilullah
adalah kekasih Allah, karena begitu sangat patuhnya Ibrahim terhadap semua
keputusan dan perintah Allah dilakukan dengan ikhlas sampai-sampai setiap nadi
dan denyut jantunganya hanya karena Allah, maka Allah wujudkan segala impian
dan keinginannya termasuk memiliki keturunan, Nabi Ismail lahir dari Rahim Hajar
lalu menyusul Nabi Ishaq lahir dari Rahim sarah,
sehingga di dalam Kitab Taurat dan Injil disebukan, Isma’il lahir pada saat Nabi
Ibrahim berumur 86 tahun, sedangkan Ishaq lahir pada saat Nabi Ibrahim beumur
99 tahun. Dan Allah abadikan sifat kepatuhan Ibrahim
ini dalam Al-quran.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ
أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
“Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi
penghiba dan suka kembali kepada Allah.” (QS. Huud: 75).
Gelar Kholilullah ini disematkan kepada Nabi Ibrahim karena
beliau selalu mendahulukan perintah Allah dan kepentingan Allah dari segalanya,
Nabi Ibrahim memiliki sifat tawakkal yang sangat tinggi sampai-sampai kekayaan
yang ia miliki tidak membuat ia lupa kepada Allah dan termasuk juga Nabi
Ibrahim sangat memuliakan tamunya, melayaninya sendiri, menyajikan makanan
untuk tamunya dengan penyajian yang sangat istimewa sehingga Abdullah bin Amr
dan Abdullah bin Al-Harits bin Jazi’ mengatakan, “Barangsiapa yang tadak
memuliakan tamunya, maka ia bukan pengikut Muhammad dan bukan pula pengikut Ibrahim”.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Keempat, Ibrahim Manusia Paling Sabar Dibalik Kesulitan.
Semua kesulitan, ujian demi ujian yang selalu dihadapkan kepada
Nabi Ibrahim dengan sabar, patuh dan ikhlas menerimanya sehingga Allah ganti
dengan kemudahan dan kebahagiaan. Allah berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5-6).
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7).
Nabi
Ibrahim termasuk orang-orang yang sangat sabar.
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai
ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102).
Bukti
kasih sayang Allah kepada Nabi Ibrahim saat dilempar dalam kobaran api yang
menyala-nyala oleh Raja Namrud, Nabi Ibrahim hanya pasrah, tawakkal kepada
Allah sambil mengucapkan,
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (QS. Ali Imran: 173).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Beratnya ujian hari ini yang kita
rasakan, masih jauh lebih berat yang dirasakan oleh para Nabi dan Rasul, oleh
karena itu mari kita maksimalkan mendekatkan diri kepada Allah swt, hanya Dia
tempat kita beribadah dan hanya Dia pula tempat kita minta pertolongan dengan
kita angkat dua tangan kita, kita selalu minta pertolongan Allah karena Allah
pasti akan selalu menolong kita, dengan berdoa, dengan kesabaran dan dengan
sholat, segala ujian ini akan berlalu maka akan datangkan pertolonganNya dengan
segera. Amiiin Ya Robbal ‘alamin.
جَعَلَناَ الله
وَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ
زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ
وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله
َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
بارك الله لي ولكم في
القرآن العظيم و نفعني وإياّكم بالآيات والذكر الحكيم، وتقبّل منّي ومنكم تلاوته
إنّه هو السميع العليم