Khutbah Jumat (Edisi 108) Tema : “HALAL Bi HALAL Itu MAHAL”

Khutbah Jumat (Edisi 108) Tema : “HALAL Bi HALAL Itu MAHAL”

 

Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 108) Tema  :

“HALAL Bi HALAL Itu MAHAL”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ NUURUSSAADAH TWA Kota Bekasi. Jumat, 12 Mei 2023 M/22 Syawal 1444 H.


مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله 

Meskipun bulan syawal sudah berada dipenghujung namun susana hari raya idul fitri masih terasa menyelimuti masyarakat Indonesia, disana sini saling sapa dan saling memberikan ucapan تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك (Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian) bahkan banyak didapati dengan kemasan berbagai acara Halal bi Halal sebagai tema rutin tahunan pasca Ramadhan. Ini adalah salah satu kecerdasan ulama-ulama Indonesia mampu mengangkat tema Halal bi Halal di bulan syawal yang memiliki makna yang sangat mahal dan berarti, betapa penting seorang manusia itu harus mempunyai hubungan baik dan harmonis antara Allah (حبل من الله) vertikal dan sesama manusia (حبل من الناس) horizontal  sebagai cerminan insan bertaqwa. Karena jika dua hubungan ini tidak kita miliki, maka akan tergolong oran-orangg yang hina. Allah berfirman,

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia". (QS. Ali Imron : 112).


Kenapa kita selalu melakukan Halal bi Halal?

Pertama, Berhalal itu Perintah Allah. Allah swt berfirman

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqoroh : 168).


Kata HALAL dalam Bahasa arab diambil dari akar kata الحل (al-Hillu) yaitu sesuatu yang sudah terurai yang tidak memiliki persoalah seperti benang kusut yang sudah terurai dan tidak kusust lagi, orang arab sering berucap حل المشكلة (Hillul Musykilah) yaitu keadaan yang lurus yang sudah tidak ada persoalan lagi, lalu dikembalikan kepada masdarnya menjadi halal sehingga agama mengambil istilah ini disebut halal.


Al-quran menampilkan kata halal dalam ayatNya itu sebagai petunjuk bagi orang beriman yang seringkali dalam kehidupan seseorang menjumpai banyak masalah, dibelenggu problematika tak ubahnya seperti benang kusut yang sulit terurai dan mau tidak mau kita sebagai orang yang beriman harus mampu menyelesaikannya dan indahnya al-quran dengan kata halal memberikan ruang persoalan itu agar mudah kita mengatasinya.


Indahnya lagi al-quran menggunakan khitob (yang dituju) kata halal diawali dengan panggilan يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ  “Wahai manusia” كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ Makanlah dari (makanan) yang terdapat di bumi” artinya, silahkan bertebaran di muka bumi beraktifitas, berkreasi dan bekerja minimal untuk memenuhi kebutuhan pokok diri sendiri dan orang lain untuk mencari makan maka lakukan dengan cara yang halal, yang legal dan hasil yang didapat pun dari proses yang halal dengan cara yang baik pula.


Kata النَّاسُ dalam al-quran disebutkan sebanyak 241 kali, saking istimewanya kata النَّاسُ sehingga Allah beri nama suroh النَّاسُ dalam al-quran dan kata النَّاسُ menunjukan manusia yang bersifat sosial, dimana sepanjang berkehidupan pasti tidak bisa hidup sendiri dan butuh orang lain untuk berinteraksi, bekerjasama, bersinergi untuk memakmurkan tempat dimana ia berpijak. Kata النَّاسُ juga bermakna universal seluruh manusia tanpa dibatasi aqidahnya, agamanya, budayanya dan lain sebagainya.


Indahnya beragama islam saat Allah swt seru kata يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ “Wahai manusia” siapa saja bisa berkolaborasi secara professional seperti Nabi saw saat membangun kota Madinah, Nabi berinteraksi dengan orang Yahudi, Nasroni, Majusi bahkan Nabi saw sampai mengajarkan untuk berbagi sesama tetangga. Dari Abu Dzar, ia berkata, “Kekasihku, Rasulullah saw mewasiatkan kepadaku tiga perkara, yaitu,

اسْمَعْ وَأَطِعْ وَلَوْ عَبْدًا مُجَدَّعَ الْأَطْرَافِ وَإِذَا صَنَعْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَتِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ وَصَلِّ الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا فَإِنْ وَجَدْتَ الْإِمَامَ قَدْ صَلَّى فَقَدْ أَحْرَزْتَ صَلَاتَكَ وَإِلَّا فَهِيَ نَافِلَةٌ

”Dengarkanlah dan taatilah meskipun terhadap budak (jika dia menjadi pemimpin misalnya). Jika engkau memasak perbanyaklah kuahnya kemudian lihatlah tetanggamu yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu. Lalu berikanlah kuah itu kepada mereka dengan cara yang baik. Dirikanlah shalat pada waktunya. Jika engkau menjumpai imam telah melaksanakan shalat maka engkau telah menjaga shalatmu. Jika belum, maka (shalat yang engkau kerjakan bersama imam) itu terhitung sebagai nafilah (shalat sunnah).

Dalam suatu riwayat hadits ini tercantum dengan lafazh,

ياَ أَباَ ذَرٍّ إِذَا طَبِخْتَ مِرْقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَ الْمِرْقَةِ، وَتُعَاهِدُ جِيْرَانَكَ، أَوِ اقْسِمْ فِي جِيْرَانِكَ

“Wahai Abu Dzar, apabila engkau membuat suatu masakan, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian undanglah tetanggamu atau engkau dapat membaginya kepada mereka.” (HR. Muslim).

Senada dengan ayat ini Allah berfirman,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”. (QS. Al-Hujurat : 13).


Untuk mewujudkan keharmonisan yang baik, manusia itu butuh bekerjasama dengan orang lain, baik laki-laki, Wanita, bersuku, berbangsa maupun bernegara karena itu undang-undang al-quran ini adalah untuk membangun keharmonisan, dan kesuksesan. Jika ditemui ketidakharmonisan, maka timbulah kata Halalan.


حَلٰلًا طَيِّبًا “Halal dan Baik” ini adalah kalimat yang mahal dan tinggi nilainya karena jika pekerjaan kita belum halal maka akan timbul kegelisahan, ketidaktenangan seperti banyak orang kaya tapi tetap saja gelisah namun banyak orang miskin yang tenang hidupnya karena ketenangan itu mahal, ibadah pun yang kita cari adalah ketenangnan sampai panggilan terindah saat kita kembali menghadap Allah pun dalam keadaan tenang.

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30).


Ingin tenang, ingin harmonis dan ingin selamat dunia akhirat, maka berkerjalah dengan pekerjaan yang halal dan baik karena itu semua akan menghasilkan ketaqwaan, orang yang taqwa adalah orang yang paling mulia

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”. (QS. Al-Hujurat : 13).

Taqwa adalah semua sifat-sifat baik dalam berkehidupan diantaranya ; jujur, sabar, rendah hati, disiplin dan lain sebagainya.


Kedua, Berhalal itu Perintah Rasulullah saw.

Jika diantara sesama manusia pernah melakukan kezholiman, kesalahan dan pernah menyaitinya, sebelum ajal menjemput bersegralah minta dihalalkan dari dosa. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا, فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang berbuat zalim pada saudaranya, maka hendaknya dia meminta kehalalan padanya, karena kelak di akhirat tiada lagi dinar maupun dirham sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zalimi). Bila tidak memiliki kebaikan maka kejelekan saudaranya (yang dia zalimi) akan diberikan padanya.” (HR. Bukhari).


Bahkan jika sampai kematian datang sementara kita belum saling berhalal, bisa jadi kita tergolong orang yang bangkrut di akhirat kelak karena dosa diantara manusia belum terselesaikan. Rasulullah saw bersabda,

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang bangkrut) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

Tetapi Nabi saw berkata, “Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).


مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله 

Mari dengan halal bi halal ini kita komitmen dengn semua aktifitas kita tuntaskan, kita  selesaikan dan kita siapkan utk masa depan yg lebih baik demi mendapatkan hasil yang didambakan.

Bisa jadi dengan manusia masalah kita sudah selesai belum tentu dengan Allah swt masih ada masalah, maka kata halal bi halal apa yang belum tuntas hubngan kita dengan Allah swt sehingga membuat rahmat Allah belum hadir sepenuhnya, doa-doa yang kita harapakan belum terjawab. Bisa jadi hubngan sosial antara manusia tidak harmonis disebabkan urusan hubungan kita dengan Allah yang belum terselesaikan. Mari kita Halal bi halalkan sehingga saat kita Kembali berjumpa dengan Allah swt bersih tanpa dosa dan noda baik dengan Allah dan dengan manusia sehingga menjadikan kita orang yang bertaqwa.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Uanuan






S





Yuuuk SILAKAN SEGERA DAFTAR UMROH, Berangkat 5-14 Agustus 2023 Hanya di Kantor Yayasan Wafizs Al-Amin Center Jl. Gudang Bin Ali no.73 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi 17612 WA : +628161191890 atau Klik lnfo Lengakapnya di nuranwaramin.com

10 Hari (1 hari di Jeddah, 4 hari di Makkah, 3 hari di Madinah dan PP  hari).

Follow US : IG @adjienung, Facebook adjie nung, YouTube : Nur Anwar Amin dan IG @wafizscenter

Motto :

Nyaman, Dilayani & Pembimbing Profesional

“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”

 


YUUUK  BERWAKAF Di Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi Sedang Pembebasan Tanah Wakaf Untuk Pembangunan Masjid dan Majlis Taklim, Yang Berminat SEGERA BERWAKAF, Catet Nomor Rekening Yayasan 
 7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center