Khutbah IDUL ADHA (Edisi 153) Tema : “IDUL ADHA Mengantarkan Meraih Amal Yang MABRUR”
khutbah-iduladha
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah IDUL ADHA (Edisi 1153) Tema :
“IDUL ADHA Mengantarkan Meraih Amal Yang
MABRUR”
Oleh : Nur
Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ AL-HUDA KEBALEN Kab.
Bekasi. Kamis, 29 Juni 2023 M/10 Dzulhijjah 1444 H.
اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ
للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ
الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ
وَللهِ اْلحَمْدُ.
الحَمْدُ لِلهِ
الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْض
الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا
الأَجْرُ والحَسَنَاتُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ
اللّهُمَّ صَلّ
وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ
الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ اتقواالله حق تقاته ولاتموتن الاوانتم
مسلون
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Hari ini adalah hari yang sangat istimewa
untuk umat muslim diseluruh penjuru dunia, mereka bersukacita dengan bertakbir,
tahmid dan tahlil, mereka sedang berbahagia karena telah menyempurnakan rukun
islam dengan bersusah payah, siap meninggalkan sanak keluarga, meninggalkan
pekerjaaan, berjihad melawan hawa nafsu, berjihad dengan harta, jiwa raga
mereka, begitupun bagi kita yang hari duduk bersama di rumah Allah, sholat idul
adha berjamaah, saling memaafkan antar sesama dan mampu menyisihkan harta untuk
berqurban merasakan kebahagian yang sama dengan saudara-saudara kita yang
sedang berada di Arofah Muzdalifah dan Mina.
Hari ini juga menjadi hari istimewa karena
Allah telah bersumpah pada hari ini dengan firmanNya baik secara umum ataupun
secara khusus.
وَالْفَجْرِ (١) وَلَيَالٍ عَشْرٍ
(٢)
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh”. (QS. Al Fajr: 1-2).
Mayoritas ulama salaf ahli tafsir termasuk
Tafsir Ibnu Katsir memaknai fajar adalah dari sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah yang disyariatkan banyak melakukan amal sholeh bahkan amal sholeh
yang lebih dicintai Allah swt, banyak berdzikir, berpuasa, sholat dan berqurban
dan disepuluh hari ini pula Allah lantik dan sempurnakan Rasululloh saw, para
sahabat dan orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji di masy’arilharom
untuk menguatkan jiwa, menata hati, mendekati Allah swt sehingga tercipta keadaan
yang lebih dekat dengan Allah dibanding dengan waktu sebelum berangkat
menunaikan ibadah haji. Keadaan yang sangat dekat ini dinamakan dalam bahasa
arab adalah qurban.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Saat ini kitapun diberikan kesempatan yang serupa dari waktunya untuk berpeluang meraih sifat-sifat kebaikan, yaitu MABRUR. Mabrur adalah sosok yang berhasil mengentaskan dari sifat-sifat buruk lalu meresapkan sifat-sifat baik kedalam dirinya. Allah swt bentangkan dalam waktu yang sama sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah kemudian sifat qurban diteruskan sampai hari tasyriq, ini menggambarkan diwaktu percis dengan orng-orang yang sedang berhaji.
Bagi kita yang sedang berada di
tanah air tercinta dan tidak sedang berhaji, ada dua peluang di waktu yang sama
untuk kita melakukan dengan maksimal :
Pertama, Pengkondisian jiwa kita secara spiritual
untuk menuju puncak yang sama di tanggal 9 dzulhijjah saat orang yang berhaji
sedang berwukuf kitapun diberikan satu amalan yang berbeda tapi esensinya
serupa dan ditanggal yang sama yang disebutkan Nabi saw untuk berpuasa itu di waktu
yang sama untuk mendapatkan hasil bekal yang sama yaitu ketaqwaan, karena taqwa
itu adalah jangan melakukan yang dilarang, jangan berkata kotor, jangan
berselisih, berdebat, perbanyak berbuat baik ini semua kumpul dalam taqwa,
taqwa itu wujudnya adalah amal sholeh dan setiap kata taqwa selalu Allah
sandingkan dengan amal sholeh, seperti firman Allah dalam suroh al-baqoroh ayat
2-5
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ
فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," . Ciri-ciri orang yang bertaqwa
telah Allah sebutkan, diantaranya :,
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka."
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ
أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
"dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat."
أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن
رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
"Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung."
Siapa saja yang mampu melakukan amal sholah
selama sepuluh hari pertama dzulhijjah bahkan sampai hari tasyriq maka mereka
akan meraih pahala lebih baik dari jihad dijalan Allah swt. Dari Ibnu Abbas,
Nabi saw bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ
الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى
أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ
اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ
وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih
dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini
(yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah). Para sahabat bertanya: Tidak pula
jihad di jalan Allah? Nabi saw menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah,
kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada
yang kembali satupun.” (HR.
Abu Daud).
Semua ulama sepakat bahwa dari tanggal 1-10
dzulhijjah meraih pahala yang sama dengan orang yang berhaji dengan melakukan
amal sholeh seperti sholat, interaksi dengan alquran, bershodaqoh, bersholawat,
beristighfar, berpuasa bulan haram untuk mendapatkan hasil yang serupa dari
sifat-sifat mabrurnya. Puasa Arafah adalah amalan yang disunnahkan bagi orang
yang tidak berhaji. Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ
أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ
الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat
menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10
Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Puasa Arofah tidak sama dengan puasa biasa
baik dari segi waktunya ataupun dari segi penekanan amalannya, puasa ini secara
khusus dari Nabi saw yang mampu menghapus dosa setahun yang akan datang dan
setahun yang berlalu. Jika orang berhaji intinya beruwukuf sementara kita
disini yang tidak berhaji intinya berpuasa untuk mendapatkan mabrur dan
bermuhasabah diri seperti orang yang wukuf di arofah, mengenal dirinya,
mengenal Allah, lingkungannya, memahami kenapa kita bisa jauh dari Allah,
banyak bertaubat, istghfar dan banyak berdoa memohon kebaikan.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Kedua, Simbol Perintah Melontar dan Qurban.
Saat kita melontar jumroh selalu diawali
dengan menyebut bismillahi Allahu Akbar, 10 Dzulhijjah adalah
hari melontar jumroh aqobah sebagai gambaran dari nafsu diri kita, kadang
keburukan itu muncul karena faktor dalam diri kita sendiri bukan dari faktor
luar, sifat-sifat buruk dalam diri kita yang kita lontarkan, yang kurang bagus
kita buang lalu kita berdoa
اني وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي
فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ،
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha
Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk
orang yang musyrik”.
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku
dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu
bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri”.
(HR. An Nasa’i).
Saat disana melontarkan hawa nafsunya dengan
melontar jumroh, disini kita menyembelih hewan dan hewan itu diciptakn Allah
hanya dengan nafsu tidak ada taqwanya, nasfu lawannya taqwa, hari ini nafsu
kita sembelih yang tersisa hanya taqwa dengan ucapak kalimat yang sama bismillahi
Allahu Akbar dan sunahnya sambil menghadap kiblat dan membaca doa ini.
Maka yang diraih di Mina dengan yang disini
itu hasilnya sama, jika belum bersih dari dosa dan sifat hewaninya masih ada
kesempatan untuk membersihkannya sampa tanggal 13 dzulhijjah sehingga sampai
bersih betul dan muncul ketaqwaannya.
۞ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِيْٓ اَيَّامٍ
مَّعْدُوْدٰتٍ ۗ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِيْ يَوْمَيْنِ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۚوَمَنْ
تَاَخَّرَ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِۙ لِمَنِ اتَّقٰىۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
“Dan berzikirlah kepada Allah pada hari yang
telah ditentukan jumlahnya. Barangsiapa mempercepat (meninggalkan Mina) setelah
dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan barangsiapa mengakhirkannya tidak
ada dosa (pula) baginya, (yakni) bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan-Nya.” (QS. Al-Baqarah : 203).
Ibadah qurban ini yang membuat kita lebih
dekat dengan Allah dari sebelumnya, esensi qurban bukan pada hewannya tapi pada
sifat-sifat hewan yang kurang baik, jauh dengan Allah, sulit diajak untuk
mendekat dengan Allah, sulit diajak yang bersih-bersih seperti sifat hewan yang
takut dengan air, takut dibersihkan, suka makan apa saja tidak peduli halal
atau haram.
Ketika seseorang sudah dekat dengan Allah maka
otomatis sifat-sifat nafsu negatifnya itu terkiskis dan sifat baiknya yang
muncul dan kebaikan yang lahir setelah buruknya itu hilang atau bisa ditekan
maka itu disebut birru kalau melekat pada dirinya
disebut mabrur balasannya hanya surga.
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ
مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَأَدْخَلَنَا
وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَاسْتَغْفِرُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuanuan
uanuan