Khutbah Jumat (Edisi 189) Tema : “EMPAT KUNCI CIRI HIDUP BAHAGIA”
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 189) Tema :
“EMPAT KUNCI CIRI HIDUP BAHAGIA”
Oleh : Nur Anwar
Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ ATTAUFIQILLAH Kp. Wates Babelan. Jumat, 12
Desember 2025 M/16 J. Akhir 1447 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Setiap seseorang berhak bahagia terutama orang beriman
yang harus dikedepankan adalah bahagia di dunia dengan hidup serba
berkecukupan, materi yang berlimpah dan jauh dari kekurangan, namun jangan
pernah dilupakan untuk meraih kebahagiaan akhirat sebagai kebahagiaan yang
abadi karena sesukses apapun kita di dunia jika kehidupan akhiratnya sengsara
itu bukan kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan hakiki adalah di dunia bahagia
di akhirat jauh lebih bahagia, sehingga Allah swt mengajarkan kita untuk selalu
berdoa dan doa ini jangan pernah ditinggalkan setiap kali kita berdoa. Firman
Allah swt
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia,
berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201).
Rasulullah saw mengajarkan umatnya untuk meraih
kebahagiaan akhirat sebagai tujuan utama hidup kita namun dengan tidak
melupakan kebahagiaan dunia sebagai tempat menanam amal kebaikan.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ
اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi.” (Surah al-Qashash:77).
Kebahagian seorang muslim haruslah dilandasi dengan
cara-cara yang baik dan mendapatkan ridho Allah swt. Rasulullah saw memberikan
4 kunci ciri kebahagiaan,
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ
اْلمَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا
وَخُلَطَائُهُ صًالِحِيْنَ وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ
''Empat macam dari kebahagiaan manusia, yaitu istri yang
salehah, anak yang berbakti, teman-temannya adalah orang-orang yang baik, dan
mata pencahariannya berada dalam negaranya sendiri.'' (HR Dailami).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Pertama, أَنْ تَكُوْنَ
زَوْجَتُهُ صَالِحَةً (Istri Sholehah).
Memiliki istri sholehah itu sangat penting, jika pun
memiliki suami yang kurang sholeh itu masih lebih ringan dibanding mempunyai
istri yang tidak sholehah, karena peran istri sholehah bukan hanya sekedar
penyejuk hati suaminya namun juga ummul madrosah (sekolah pertama) yang
melahirkan putra putri generasi mendatang yang sholeh, sangat berbahaya memiliki
istri yang tidak sholehah karena biasanya anak-anak itu ikut ibunya seperti
istri Nabi Nuh, istrinya pembangkang dengan ajaran Nabi Nuh, tidak patuh dan nyaris
pengkhianat sehingga anaknya yang bernama Kan’an sekalipun naik ke gunung yang
paling tinggi dan tidak mau ikut agama ayahnya lalu binasa bersama ibunya
tenggelam dihantam banjir.
Makanya dalam agama islam diperintahkan saat mau menikah
harus pilih calon istri yang sholehah, sekufu (sepadan) dan agamanya
lebih dominan. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda,
تُنْكَحُ المَرْأةُ
لأَرْبَعِ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وجَمَالِهَا ولِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذاتِ
الدين تَرِبَتْ يَدَاك
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya,
karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaklah
engkau mendapatkan wanita yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Jika memilih calon istri agama yang diutamakan pasti akan
beruntung, sebaliknya jika mencari calon istri karena cantiknya yang
diutamakan, bisa jadi itu musibah.
الجمال المقبول بدون
الصلاح والتقوى نقمة، وليس نعمة
“Cantiknya dia tetapi tanpa kesalehan dan ketakwaan itu
hanyalah suatu musibah, bukanlah suatu nikmat.”
Ciri-ciri istri sholehah telah digambarkan Nabi saw yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي
تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا
وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw, “Siapakah
wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika
dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami
pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai dan
Ahmad).
فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka).” (QS. An-Nisaa’: 34).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا
(Anak-anak Berbakti).
Memiliki anak-anak yang sholeh adalah keinginan semua
orang tua, sekalipun orang tuanya bergrajulan alias tidak sholeh, sering
mencuri, perampok, pezina dan jauh dari menjalankan perintah Allah, pasti selalu
berharap dan berdoa agar dikaruniai keturunan yang baik dan sholeh. Karenanya Nabi
Ibrahim menitipkan doa kepada kita agar diberikan putra putri dan keturunan
yang sholeh. Nabi Ibrahim berkata,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ
“Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ash Shaffaat : 100).
Begitu juga Nabi Dzakariya selalu berdo’a,
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ
لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa.” (QS. Ali Imron: 38).
Kebahagiaan yang paling menyejukkan mata adalah disaat
menyaksikan anak-anak itu taat terhadap perintah Allah dan rasulNya, ungkapan Imam
Al-Hasan Al-Bashri berkata,
لَيْسَ شَيْءٌ أَقَرُّ
لِعَيْنِ المؤْمِنِ مِنْ أَنْ يَرَى زَوْجَتَهُ وَأَوْلاَدَهُ مُطِيْعِيْنَ للهِ
عَزَّ وَجَلَّ
“Tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang
mukmin selain melihat istri dan keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla.”
(Disebutkan dalam Zaad Al-Masiir pada penafsiran Surat Al-Furqan ayat 74).
Terutama putra putri kita jangan sampai meninggalkan sholat
dimanapun dan kapanpun agar hidupnya selamat dunia akhirat, doa Nabi Ibrahim
agar Allah selalu pelihara sholat, sholat dan sholat serta dijauhkan dari para
penyembah berhala. Na’udzubillah
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ
الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan dari anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doaku”
(QS. Ibrahim: 40).
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ
أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah
berhala” (QS. Ibrahim :
35).
Memiliki anak-anak yang berbakti itu adalah aset pahala
yang terus mengalir untuk kedua orang tuanya meski keduanya sudah berada di
alam kubur. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
تُرْفَعُ لِلْمَيِّتِ
بَعْدَ مَوْتِهِ دَرَجَتُهُ. فَيَقُوْلُ: أَيِّ رَبِّ! أَيُّ شَيْءٍ هَذِهِ؟
فَيُقَالُ: “وَلَدُكَ اسْتَغْفَرَ لَكَ
“Derajat seseorang bisa terangkat setelah ia meninggal.
Ia pun bertanya, “Wahai Rabb, bagaimana hal ini bisa terjadi?” Maka
dijawab,”Anakmu telah memohon ampun untuk dirimu.” (Adabul Mufrod).
Anak-anak sholeh yang berbakti kepada orang tuanya,
apalagi orang tuanya sudah sepuh (lansia) berkesempatan akan terbuka lebar
pintu surga dan keberkahan untuknya. Nabi saw sudah sangat wanti-wanti jangan
sampai disia-siakan keberadaan orang tua. Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ «
مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ
لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada
yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina)
seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari
keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketiga, وَخُلَطَائُهُ
صًالِحِيْنَ (Teman-teman yang Baik).
Carilah teman-teman yang baik karena Allah langsung yang
memerintahkannya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).
Teman yang baik, jujur, beriman dan berakhlak adalah sahabat
sejati, baik dalam duka ataupun suka. Sahabat yang baik tidak hanya menolong
dalam kesulitan, namun menjadi pengingat disaat salah dan khilaf, menjadi
pendorong semangat dalam melakukan kebaikan dan ketakwaan. Rasulullah saw
sangat memerintahkan agar kita memilih teman yang sholeh, beriman dan berakhlak
karena akan dapat memberikan syafa’at. Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata,
قَالَ الْحَسَنُ البصري
رحمه الله : اسْتَكْثِرُوا مِنَ الْأَصْدِقَاءِ الْمُؤْمِنِينَ فَإِنَّ لَهُمْ
شَفَاعَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman.
Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.”
Orang baik, benar dan jujur itu akan membawa kepada
kebaikan dan akan menghantarkan mudah masuk surga. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra,
menjelaskan keutamaan memiliki sifat jujur,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ
فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى
الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena
sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan
akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan
berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang
jujur.” (HR. Muslim).
Begitu juga Rasulullah saw memberikan perumpaan
orang-orang yang bersahabat dengan orang baik akan berpengaruh terhadap
kebaikan dan sering menasehati. Diriwayatkan dari Abu Musa, ra Nabi saw bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ
الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ
الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ
تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholeh dan
orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai
besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli
darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika
engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau
dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Keempat, وَأَنْ يَكُوْنَ
رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ (Mata Pencahariannya berada dalam Negaranya
sendiri).
Rezeki itu sudah diatur dan ditentukan Allah swt, tidak
perlu gelisah dan takut kehilangan rezeki, apalagi iri, dengki dan hasad dengan
rezeki orang lain sampai-sampai berusaha keras menghalangi rezeki itu, tugas
kita hanya diperintahkan berikhtar, berusaha, malam hari kita tadahkan kedua
telapak tangan dengan sujud dihadapanNya, disiang harinya kita kejar doa itu
dengan kedua kaki kita. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Nabi saw bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ
الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ
سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum
50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim).
Allah memang sang Maha Pemberi rizki sebagaimana
firman-Nya,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6).
Tawakkal, berdoa dan usaha itu yang harus kita lakukan,
burung saja tiap hari keluar dari sarangnya pantang pulang sebelum perutnya
kenyang. Dari Umar bin Al Khoththob ra, Nabi saw bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ
تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ
الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah,
sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan
rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali
sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu majah dan Ibnu Hibban).
Mengais rezeki dimana saja boleh yang penting halal dan
thoyyib tetapi mencari rezeki dikampung halaman sendiri akan lebih banyak yang
diselamatkan, terutama menjaga anak, istri dan keluarga dari marabahaya yang
menimpa mereka, keluarga lebih terkontrol dalam menjalankan perintah Allah,
anak-anak bisa dipantau ibadahnya. Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, perihalalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu”. (QS. At Tahrim : 6).
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَسْأَلُكَ رِزْقًا حَلَالًا وَاسِعًا طَيِّبًا مِنْ غَيْرِ تَعَبٍ وَلَا
مَشَقَّةٍ وَلَا ضَرَرٍ وَلَا نَصَبٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu limpahan rezeki yang
halal, luas, dan baik, yang didapat tanpa letih, memberatkan, membahayakan, dan
banting tulang. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan



.jpeg)






