Tausiah HAUL : Anak Selalu Ingat Orang Tua Yang Sudah Meninggal Dunia
kematian
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
HAUL (alm) Bapak Sya’roni Bin H.Husin dan (almh) Ibu Subah Binti H.abdul Khoir. Tema :
“ANAK SELALU INGAT ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook. WA : +628161191890.
Dilaksanakan pada malam ahad, 18 Juni
2022/18 Dzulqo’dah 1443.
Haul
memiliki beberapa makna, diantaranya :
Pertama, ذكر الموت (inget mati) Itu Orang Yang Paling Cerdas.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا
وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama
Rasulullah saw, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan
bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda,
“Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia
kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan
yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka
yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Kedua, بر الوالدين (Bakti kedua orang tua).
Bakti kepada Orang yang Sudah meninggal. Dari Abu Usaid Malik
bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ
بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ
لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ
تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ».
“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah saw. Ketika
itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah
meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih
tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan
keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal
dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Pertama, الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا (Sholatkan
atau Doakan keduanya).
Doakan setiap hari karena hanya
kiriman doa yang dinanti kedua orang tua yang sedang di alam barzakh. Dalam
kitab Syu'bul Iman dijelaskan,
أنَّ أهْلَ القُبُورِ يستَبْشِرُوْن
ويَفرَحُوْن بزِيارَةِ أقَاربِهم وأصْدِقائِهم وبدُعائِهم وبإهْدائِهم الأَجْرَ
والثَّوَابَ، ويَنْتَظِرُوْن مَن لم يَزُرْهم مِن أَقاربِهم، قال النَّبيّ الكريمُ
صلّى الله تعالى عليه وآله وسلّم: «ما الْمَيّتُ في القَبْرِ إلاّ كالْغَرِيْق
الْمُتَغَوِّثِ يَنتَظِرُ دَعْوَةً تَلحَقُه مِن أبٍ أوْ أُمٍّ أوْ أخٍ أوْ
صَدِيقٍ فإذا لَحِقَتْه كانَتْ أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا ومَا فيها وإنَّ اللهَ
عزّ وجلّ لَيُدخِلُ على أهْلِ القُبُورِ مِن دُعاءِ أهْلِ الأَرْضِ أمْثَالَ
الجِبالِ وإنَّ هَديَّةَ الأَحْيَاءِ إلى الأَمْوَاتِ الاِسْتِغفارُ لهم»
أخرجه البيهقي في "شعب
الإيمان"، ٦/٢٠٣، (٧٩٠٥).
"Bahwa ahli kubur bergembira
dan bersuka cita dengan ziarahnya para kerabat, teman sebab doa mereka
dihadiahkan pahala dan ganjarannya untuknya, dan mereka (ahli kubur) menunggu
mereka yang belum berziarah dari kerabat-kerabatnya. Nab saw bersabda, ‘Tidak ada perumpamaan
mayit di kuburnya kecuali seperti orang tenggelam yang ingin ditolong. Ia
menunggu doa yang diperuntukkannya dari ayah atau dari Ibu, dari saudara atau
dari teman. Jika telah didapatkan (doa yang diperuntukkannya) dia (mayit) lebih
menyukainya daripada dunia dan apa yang ada di dalamnya. Maka sesungguhnya
Allah swt akan memasukkan kepada ahli kubur atas doa ahli bumi (yang hidup)
seperti gunung, meski hadiah doa yang hidup kepada yang telah meninggal hanya
berupa istighfar (permohonan ampun) untuk mereka." (Ditakhrij Imam
Al-Baihaqi dalm Syu'bul Iman juz 6 hal. 203).
Dijelaskan pula dalam kitab
Al-Adzkar An-Nawawi,
قال النووي في الأذكار أجمع العلماء
على أن الدعاء للأموات ينفعهم ويصلهم ثوابه اه روي عن النبي صلى الله عليه وسلم
أنه قال ما الميت في قبره إلا كالغريق المغوث بفتح الواو المشددة أي الطالب لأن
يغاث ينتظر دعوة تلحقه من ابنه أو أخيه أو صديق له فإذا لحقته كانت أحب إليه من
الدنيا وما فيها
“Imam Nawawi berkata dalam
kitabnya, Al-Adzkar, ‘Para Ulama sepakat bahwa doa pada orang yang meninggal,
bermanfaat dan sampai pada mereka‘ diriwayatkan dari Nabi saw bahwa
sesungguhnya beliau bersabda, ‘Tidak ada perumpamaan mayit di kuburnya
kecuali seperti orang tenggelam yang ingin ditolong, mayit menunggu doa
yang ditujukan padanya baik dari anaknya, saudaranya atapun temannya. Ketika
doa itu telah tertuju padanya, maka doa itu lebih ia cintai daripada dunia dan
seisinya” (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nihayat al-Zain, hal. 281).
Bahkan disitu akan datang Keberkahan saat tiap kali berdoa
disertakan nama orang tua dan guru (imam ahmad bin hambal berkata demi Allah
sejak aku kenal guruku imam syafi’ie, aku tidk melakukan sholat dua rokaat
kecuali aku doakan gruku imam syafi’ie, setiap dua rokat didoakan gurunya
(tanda sambung hati).
Kedua, وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا (Istighfarkan).
Ketiga, وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ
بَعْدِهِمَا (memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia).
Keempat, وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ
بِهِمَا (menjalin
hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak
pernah terjalin).
Kelima, وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا (memuliakan teman dekat keduanya).
Termasuk Saat kita punya rezeki kirimkan pahala untuk orang
tua yang sudah meninggal berupa wakaf, amal jariyah dan bahkan badal
haji/umroh.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ امْرَأَةً
جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي
نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ أَفَأَحُجَّ عَنْهَا قَالَ
نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ
قَاضِيَتَهُ قَالَتْ نَعَمْ فَقَالَ اقْضُوا اللهَ الَّذِي لَهُ فَإِنَّ اللهَ
أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ
.
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
ra, bahwa seorang
perempuan datang kepada Nabi saw, lalu berkata: “Sesungguhnya ibuku telah
bernadzar untuk berhaji, lalu ia meninggal dunia sebelum ia melaksanakan haji,
apakah saya harus menghajikannya? Nabi saw bersabda: Ya hajikanlah untuknya,
bagaimana pendapatmu seandainya ibumu memiliki tanggungan hutang, apakah kamu
akan melunasinya? Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi saw bersabda: Tunaikanlah hutang
(janji) kepada Allah, karena sesungguhnya hutang kepada Allah lebih berhak
untuk dipenuhi.” (HR. Bukhori).
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ خَثْعَمَ قَالَتْ
يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أَبِي شَيْخٌ كَبِيرٌ عَلَيْهِ فَرِيضَةُ اللهِ فِي
الْحَجِّ وَهُوَ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِيَ عَلَى ظَهْرِ بَعِيرِهِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحُجِّي عَنْهُ .
“Bahwasanya seorang
wanita dari Khos’am berkata kepada Nabi Saw : “Ya Rasulullah sesungguhnya
ayahku telah tua renta, baginya ada kewajiban dalam berhaji, dan dia tidak bisa
duduk tegak di atas punggung onta. Lalu Nabi saw bersabda: Hajikanlah
dia." (HR. Muslim dan Jamaah).
جَاءَ رَجُلٌ مِنْ خَثْعَمٍ إِلَى
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أَبِي أَدْرَكَهُ
الْإِسْلَامُ وَهُوَ شَيْخٌ كَبِيرٌ لَا يَسْتَطِيعُ رُكُوبَ الرَّحْلِ وَالْحَجُّ
مَكْتُوبٌ عَلَيْهِ أَفَأَحُجُّ عَنْهُ قَالَ أَنْتَ أَكْبَرُ وَلَدِهِ قَالَ
نَعَمْ قَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ عَلَى أَبِيكَ دَيْنٌ فَقَضَيْتَهُ عَنْهُ
أَكَانَ ذَلِكَ يُجْزِئُ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَاحْجُجْ عَنْهُ
“Seorang laki-laki
dari bani Khos’am menghadap kepada Nabi saw, ia berkata: Sesungguhnya ayahku
masuk Islam pada waktu ia telah tua, dia tidak dapat naik kendaraan untuk haji
yang diwajibkan, bolehkan aku menghajikannya? Nabi saw bersabda: Apakah kamu
anak tertua? Orang itu menjawab: Ya. Nabi saw bersabda: Bagaimana pendapatmu
jika ayahmu mempunyai hutang, lalu engkau membayar hutang itu untuknya, apakah
itu cukup sebagai gantinya? Orang itu menjawab: Ya. Maka Nabi saw bersabda:
Hajikanlah dia.” (HR. Ahmad).
Ketiga, Dapat
Memepersatukan Family (menyambung silaturrahmi kepada orang yang hidup dan mati).
Dengan media haul maka anak, mantu dan saudara deket saudara
jauh akan berkumpul, silaturrahmi dan berdoa bersama untuk para arwah yang di
haulkan, karenanya teradisi haul semacam ini harus bisa dilakukan setiap
tahunnya.