Seseorang
mati itu banyak sebabnya, ada yang mati terkena wabah, reruntuhan, tenggelam,
kecelakaan, terbakar, terpeleset, sakit menahun tak kunjung sembuh dan banyak
sebab-sebab lainnya termasuk penyakit tua/pikun. Sabda Rasulullah saw
Dari
Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari bapaknya, ia berkata: Rasulullah
saw bersabda, “Telah diciptakan di dekat anak Adam sembilan puluh sembilan
musibah (sebab kematian). Jika dia tidak terkena semua musibah itu, dia pasti
mengalami ketuaan”. (HR Tirmidzi).
Berbahagialah
saat mati dalam kondisi sakit kronis yang menahun tidak kunjung sembuh, sudah
berusaha berobat kesana kemari, pindah dari rumah sakit yang satu ke rumah
sakit lainnya, susah, sedih dan rasa sakit yang dirasakannya karena itu semua
akan menghapus dosa-dosa dan kesalahannya. Nabi saw bersabda,
“Setiap
muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan
kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
“Tidaklah
seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu
melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”
HR. Muslim).
Kedua,
Mati dibunuh.
Tukang
rampok atau tukang begal yang ingin merampas harta kita.
Dari
Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah saw,
ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang
mendatangiku dan ingin merampas hartaku?”
Beliau
bersabda, “Jangan kau beri padanya.”
Ia
bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?”
Beliau
bersabda, “Bunuhlah dia.”
“Bagaimana
jika ia malah membunuhku?”, ia balik bertanya.
“Engkau
dicatat syahid”, jawab Nabi saw.
“Bagaimana
jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali.
“Ia
yang di neraka”, jawab Nabi saw. (HR. Muslim no. 140).
Dari
Sa’id bin Zaid, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Siapa yang dibunuh karena
membela hartanya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela keluarganya
maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela darahnya atau karena membela
agamanya, ia syahid.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i).
Maksud
syahid sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Ambari,
“Karena
Allah Ta’ala dan malaikatnya ‘alaihimus salam menyaksikan orang tersebut dengan
surga. Makna syahid di sini adalah disaksikan untuknya.” (Syarh Shahih Muslim,
2: 142).
Imam
Nawawi menjelaskan bahwa syahid itu ada tiga macam:
Syahid
yang mati ketika berperang melawan kafir harbi (yang berhak untuk diperangi).
Orang ini dihukumi syahid di dunia dan mendapat pahala di akhirat. Syahid
seperti ini tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.
Syahid
dalam hal pahala namun tidak disikapi dengan hukum syahid di dunia. Contoh
syahid jenis ini adalah mati karena melahirkan, mati karena wabah penyakit,
mati karena reruntuhan, dan mati karena membela hartanya dari rampasan, begitu
pula penyebutan syahid lainnya yang disebutkan dalam hadits shahih. Mereka
tetap dimandikan, dishalatkan, namun di akhirat mendapatkan pahala syahid.
Namun pahalanya tidak harus seperti syahid jenis pertama.
Orang
yang khianat dalam harta ghanimah (harta rampasan perang), dalam dalil pun
menafikan syahid pada dirinya ketika berperang melawan orang kafir. Namun
hukumnya di dunia tetap dihukumi sebagai syahid, yaitu tidak dimandikan dan
tidak dishalatkan. Sedangkan di akhirat, ia tidak mendapatkan pahala syahid
yang sempurna. Wallahu a’lam. (Syarh Shahih Muslim, 2: 142-143).
Ketiga,
Hidupnya Tidak Pelit
Halimah
idrus
(1).
Karenanya Penting bagi kita untuk memperbaiki wudhu, Orang kalau wudhunya
benar, sholatnya benar, orang kalau sholatnya benar, ibadahnya benar, orang kalau
ibadahnya benar hidupnya bener, orang kalau hidupnya benar, matinya benar,
orang kalau matinya benar di akhiratnya dia akan benar dikumpulkan manusia yang
paling benar yaitu baginda kita Nabi besar Muhammad saw
(2).
Kalau mau hidup enak itu jangan pelit-pelit, orang pelit itu jauh dari surga,
orng pelit jauh dari keluarga, orng pelit jauh dari tetangga, orang pelit jauh
dari semua orang, orang pelit itu udah ga ada enak-enaknya… kenapa orang bisa pelit
yaa
Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” (QS.
Al-Baqarah : 268).
Jd
klo pelit tuh emang dr setan, setan ngebisikin, klo kamu kasih buat dia nnti
buat kamunya mana, klo kamu ngasih ama dia bnyakan nnti kamu ga bs beli
kerungan baru, yg warnanya biru.. itu yg suka dikerjan ama setan
Kita
ga mikirin apay g akan terjadi di kuburan krn hidup 10 th akan datang blm tentu
tp hidup dalam kuburan udah pasti, satu hari nani kamu akan masuk didlam kubur,
Wafizs
Al-Amin Center “Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
“Ciri Istri Bisa Masuk Surga Dari Pintu Mana saja” Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi.
(almh) Ibu Hj.
Mursanih binti H.Muhammad adalah istri (alm) Guru KH.Mukhtar Murikh meninggal
dunia pada hari Jumat 17 Nopember 2023 pukul 14.00 wib. Saya pribadi cukup
dekat dengan (almh) karena pernah jalan bareng saat melaksanakan ibadah umroh
plus Mesir pada tahun 2015, sekeluarga beliau boyong putra putrinya untuk
beribadah ke tanah suci Makkah Al-Mukarromah, Madinah Al-Munawwaroh sekalian
berziarah ke makam para Aulia, Imam Syafi’ie, Imam Waki’, Imam Ibnu Hajar
Al-Asqolani, Imam Laits dan cucu Rasululloh saw Sayyidina Husen di Cairo Mesir,
juga berkesempatan menyaksikan jasad manusia yang mengaku Tuhan di zaman Nabi
Musa as yaitu Fir’aun yang masih terabadikan jasadnya di Museum Tahrir pusat
jantung kota Cairo.
Saya bersaksi (almh)
adalah orang yang sangat baik, murah, dermawan, ramah, bersahaja, orang Betawi
bilang gepyak dan sangat pengertian, sayang dengan suami, anak-anak
& keluarga. Diantara kebaikan (almh) adalah :
Pertama, Sangat Patuh
Dengan Suami.
(almh) benar-benar
memposisikan suami itu sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga, sangat patuh
semua titah sang suaminya karena menjadikan suami sebagai pemimpin itu perintah
Allah swt.
“Kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).” (QS. An Nisa’: 34).
Bahkan saking besarnya
kewajiban istri untuk patuh terhadap suami, sampai-sampai Nabi saw bersabda,
“Seandainya aku
memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan
memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan
begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Keberuntung besar bagi
seorang suami yang mendapatkan istri “sholihah” rajin beribadah, semua yang
Allah fardhukan dijalaninya dengan baik, sholat lima waktu tidak pernah
ditinggalkan, puasa ramadhan pun tidak ada yang bolong, menjaga kehormatannya
saat dekat bersama suami ataupun jauh dan sangat patuh dengan suami, segala apa
saja yang diperintahkan suami ditaatinya dengan senang hati, tidak pernah
mengeluh dan berkata cape saat sang suami meminta sesuatu serta tidak
membangkang yang membuat suami benci. Istri seperti inilah yang akan memperoleh
masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. Disebutkan oleh Nabi saw,
“Jika seorang wanita
selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan),
serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar
taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini,
“Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
Pernah ditanyakan
kepada Rasulullah saw, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau,
“Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika
diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat
suami benci” (HR. An-Nasai dan Ahmad).
Sangatlah mudah bagi
para wanita terutama para istri untuk untuk menjadi wanita yang paling baik dan
meraih surga dengan mudah, pelihara dan kerjakan pesan Nabi saw ini, ringan
sayaratnya namun berat dikerjakannya, berapa banyak para istri yang membangkang
terhadap suami, berapa banyak para suami menjadi budak dan pesuruh istri,
berapa banyak pekerjaan istri dirumah dikerjakan para suami, berapa banyak para
istri bekerja diluaran sana bertemu dengan banyak laki-laki lain menggantikan
cari nafkah peran suami, berapa banyak para istri jika keluar rumah mereka yang
tidak pernah minta izin dan restu suami, padahal ridho Allah ada pada ridho
suami, surga Allah ada pada restu suami.
Al-Hushoin bin Mihshan
menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi saw karena satu
keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah saw bertanya
kepadanya,
“Apakah engkau sudah
bersuami?” Bibi Al-Husoain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau
terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah saw lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah
mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah saw
bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu,
karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad).
“Tidak ada hak yang
lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita –setelah hak Allah dan Rasul-Nya-
daripada hak suami” (Majmu’ Al Fatawa, 32: 260).
Bahkan dalam urusan
sunnah saja jika si istri ingin mengerjakan puasa sunah namun si suami sedang
dirumah bersamanya maka sang istri harus minta izin kepada suaminya untuk bisa
mengerjakan perkara yang sunah tersebut. Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,
“Tidak halal bagi
seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada kecuali dengan
izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah suami tanpa ijin
darinya. Dan jika ia menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami
mendapat setengah pahalanya”. (HR.Bukhari
dan Muslim).
“Tidak boleh seorang
wanita berpuasa selain puasa Ramadhan sedangkan suaminya sedang ada (tidak
bepergian) kecuali dengan izin suaminya” (HR. Abu Daud).
Hikmah mengapa harus
dengan izin suami. Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menerangkan, “Dalam
hadits yang menerangkan masalah ini terdapat pelajaran bahwa menunaikan hak
suami itu lebih utama daripada menjalankan kebaikan yang hukumnya sunnah.
Karena menunaikan hak suami adalah suatu kewajiban. Menjalankan yang wajib
tentu mesti didahulukan dari menjalankan ibadah yang sifatnya sunnah.” (Fathul
Bari, 9/296).
Namun ketaatan istri
kepada suami sebatas yang baik-baik sesuai perintah Allah dan RasulNya. Sang
istri boleh menolak perintah suami jika istri diperintahkan untuk tidak
berjilbab, bersolek menor agar bisa dilihat cantik oleh pria lain, meninggalkan
sholat lima waktu atau suami mengajak berhubungan intim saat istri sedang
haidh. Perintah semacam ini boleh tidak ditaati. Pesan Rasululloh saw bersabda,
“Tidak ada ketaatan
dalam perkara maksiat. Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf
(kebaikan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, Suka Berdiam di
Rumah dan Tidak Keluar Kecuali Dengan Izin Suami
Kebiasaan (almh)
adalah berdiam dirumah, tidak pernah keluar rumah tanpa bersama suaminya,
apalagi keluar rumah tanpa izin dan restu suami, karena (almh) benar-benar
sangat menjaga itu sesuai firman Allah swt,
“Dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).
Seorang istri yang baik
ia tidak akan keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Baik si istri
keluar untuk mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk kebutuhan yang lain,
sampaipun untuk keperluan shalat di masjid.
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari
rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar
rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat
kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’
Al-Fatawa, 32: 281).
Wanita yang betah di
rumah itulah yang lebih menjaga diri. Sedangkan wanita karir begitu bebas
bergaul dengan lawan jenis di kantor, tanpa kenal batas. Padahal Allah swt
memuji wanita yang menjaga dirinya,
“Sebab itu maka wanita
yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada.” (QS. An Nisa’: 34).
Ketiga, Sabar Berkabung
(‘Iddah) Ketika Meninggalnya Suami Selama 4 bulan 10 hari
Bukti (almh) sangat
taat dengan suaminya dan sangat sayang pada suaminya, disaat ditinggal mati
oleh suaminya ia rela dan patuh menjalani masa i’iddah yang Allah perintahkan selama
4 bulan 10 hari. Firman Allah swt
“Orang-orang yang
meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para
isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian
apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.” (QS. Al Baqarah: 234).
“Tidak dihalalkan bagi
seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung atas
kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu
(selama) empat bulan sepuluh hari.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Keempat, Untuk Para
Putra Putrinya, Peluang Terbaik Untuk Berbakti Kepada Ibunya.
Jangan pernah berhenti
dan jangan pernah lelah untuk terus berbakti kepada kedua orang tua yang telah
menghadap keharibaan Allah swt untuk selamanya karena bakti kepada kedua orang
tua itu tidak hanya di waktu mereka hidup saja namun saat mereka sudah berada
di alam kubur pun lebih-lebih untuk terus berbakti kepadanya karena orang yang
sudah meninggal dunia sangat menanti kiriman doa dari orang-orang yang masih
hidup. Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
“Suatu saat kami
pernah berada di sisi Rasulullah saw. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani
Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada
kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi saw menjawab, “Iya
(masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan
keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal
dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan
Ibnu Majah).
Ingat Pesan Ibnu Abbas
ra ketika didtangi oleh sesseorang dimasa beliau menjadi mufti, ”aku punya
persoalan, aku punya maksiat yang cukup tinggi aku kerjakan, bagaimana cara
bertaubat kepada Allah swt,” Ibnu Abbas berkata ; Apakah engkau masih punya
ibu? Orang ini menjawab, iya aku masih punya ibu, maka kata Ibnu Abbas ra “Pergilah
engkau pulang kemudian layani ibumu, bahagiakan ibumu dan berbuat baiklah
kepadanya. Orang ini bertanya lagi, “Kenapa engkau berfatwa demikian, engkau tidak
menyuruh memaksimalkan sholatnya, shodaqohnya tapi yang diuatamakan ke ibu, karena
kata Ibnu Abbas ra “Saya tidak meihat yang lebih utama untuk mu saat ini
kecuali yang itu. Inilah kejeniusan ibnu abbas ra karena memang dalam narasi
ayat-ayat al-quran bahwa kedudukan berbakti kepada ibunda langsung ditempatkan
oleh Allah setelah penghambaan itu kepadaNya.
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (QS. al-Israa’: 23).
Bahkan berbakti kepada
kedua orang itu bernilaikan lebih baik dari berjihad dijalan Allah swt. Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Ada seseorang yang
mendatangi Nabi saw, ia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi saw lantas
bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi saw
pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” (HR. Muslim).
“Kembalilah kepada
kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada keduanya.” (HR. Muslim).
UMROH AWAL TAHUN 2024 UMROH 11 Hari
Wafizs Al-Amin Centre Bekasi
By Pesawat Saudia Airlines (SV 827)
KEUNGGULANNYA :
3 Kali Manasik
4 Kali Umroh Dengan 4 Tempat Miqot
Free Perlengkapan
Free Bermalam Di Hotel TRIDENT Jeddah.
KEBERANGKATAN :
Senin, 29 Januari 2024
Pukul 14.00 Pelepasan Di Yayasan Wafizs Al-Amin Center & Sholat Ashar Berjamaah
Pukul 19.00 Kumpul di Bandara Soekarno Hatta (Lounge @Zukafia)
Pukul 00.40 Take Off to Jeddah (30 Januari 2024)
Pukul 06.40 Tiba di Bandara King Abdul Azis Jeddah.
KEPULANGAN :
Kamis, 08 Pebruari 2024
By Pesawat Saudia Airlines (SV 816)
Pukul 09.00 wib Tiba di Bandara Soekarno Hatta
#Follow US :
________
Media Sosial Yayasan Wafizs Al-Amin Center
Instagram : wafizscenter & @adjienung
Facebook : Wafizs Al-Amin Center & Adjie Nung
Youtube : Wafizs Center & Nur Anwar Amin
Tiktok : @wafizscenter & @adjienung
Informasi Pendaftaran Haji dan Umroh WA : 085778141993 - 08161191890 - 081584282565
Wafizs Al-Amin Centre
“Berbagi Cahaya Di Atas Cahaya”
uanuan
Dengan RAHMAT ALLAH. Alhamdulillah Wa Syukrulillah
TELAH TERBIT BUKU BARU
Judul : "Hamba Yang Beruntung Di Dunia & Akhirat"
Oleh NUR ANWAR AMIN, Lc
Follow Us :
Mr. Lukman +62 815-8428-2565
IG : @adjienung @wafizscenter
Facebook : adjie nung
YouTube : Nur Anwar Amin
Harga : Rp. 125.000
Alamat Kantor :
Yayasan Wafizs Al-Amin Center
Jl. Gudang Bin Ali No. 73
Ujungharapan Rt. 05/06 Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. Bekasi Jawa Barat.
YUUUK BERWAKAF Di Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi Sedang Pembebasan Tanah Wakaf Untuk Pembangunan Masjid dan Majlis Taklim, Yang Berminat SEGERA BERWAKAF, Catet Nomor Rekening Yayasan 7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center
Wafizs
Al-Amin Center “Berbagi Cahaya Diatas Cahaya” Tahlil Malam Ke 7 Tema :
“Gurumu Orang Tuamu Dalam Agama” Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi.
(alm)
Guru H. Moch. Usman bin H. Qolbiadalah Guru
ngaji lekar dari tahun 1980 s.d. 2023 (43 th) dari mulai pakai pelita (lampu
tempel) sampai adanya listrik. Beliau juga megisi majlis-majlis talim di
beberapa masjid diantaranya masjid kp. Lagoa
dan masjid ijo Kp. Bogor Sero Tarumajaya. Kebaikan Almarhum menjadi sorang guru
sangat banyak sebagai bukti pahalanya yang terus mengalir. Dianataranya :
Pertama,
Guru Itu Orang Tua Idiologis.
Tiga amal yang pahalanya terus mengalir saat
kita meninggal dunia. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw
bersabda,
“Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).
Hadits ini sangat tepat sekali disandingkan
untuk almarhum karena dari tiganya telah almarhum miliki. Nabi pun pada redaksi
hadits ini menggunakan kata وَوَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ“do’a anak yang sholeh” karena kataوَلَدٍ“anak” itu mencakup anak
biologis dan idiologis, jika dihitung anak idiologis almarhum sudah tidak akan
sanggup menghitungnya karena begitu sangat banyak yang telah diajarkannya.
Dan sangat berbahagilah mati membawa pahala
yang terus mengalir, ribuan santri turut mengiringi doa sampai ke liang kubur
sampai ke surgaNya, bangga menjadi bagian mewarisi misi kenabian karena Nabi
saw pun diutus keduinia ini adalah menjadi seorang guru. Nabi saw bersabda
إِنَّمَا
بُعِثْتُ مُعَلِّمًا
"Sungguh, aku hanya diutus
sebagai muallim (guru/pengajar)”. (HR.Ibnu Majah).
Rentan waktu yang sangat panjang sampai 43
tahun dengan sabar, telaten dan penuh dengan keikhlasan, huruf demi huruf
diajarkan, dari majlis taklim yang satu menuju majlis taklim berikutnya terus
dilakoninya, tak pantang menyerah hujan, gelap gulita hanya disinari pelita
tempel pun tetap mengajar dengan alat mengajar seadanya hanya meja lekar yang
penting para muridnya bisa membaca terutama mampu melantunkan ayat-ayat alquran
sebagai syarat sahnya sholat, karena dengan sholat yang benar semua amal
seseorang diterima disisiNya.
Dalam kitam تعليم
المتعلم طريق التعلم karangan الشيخ الزَّرَنْجِىْ menyebutkan
bahwa guru yang mengajarkan ilmu agama adalah أبوك فى الدين (bapak dalam kehidupan agamamu).
Bahkan yang paling diutamakan hak dan
kewajibanya setiap muslim adalah haknya kepada seorang guru begitu
juga memberikan hadiah adalah yang lebih diprioritaskan hadiah untuk guru. Imam
Ali كرم الله وجهه dalam syairnya
mengatakan,
“Sungguh, seorang pelajar berhak memberi
hadiah kepada guru sebagai bentuk memuliakannya karena telah mengajarkan satu
huruf, guru berhak diberi hadiah seribu Dirham.”
“Barang siapa yang menghendaki anaknya bisa
‘alim (mengetahui ilmu-ilmu agama secara mendalam), maka sebaiknya memelihara,
memuliakan, mengagungkan, dan memberikan hadiah kepada ahli agama yang ghuraba’
(tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya.). Kalaulah tidak anaknya yang ‘Alim,
maka akan turun ke cucunya yang alim”.
Satu kisah dari الشَّيْخُ اْلاِمَامُ اْلاَجَلُّ شَمْسُ اْلاَئِمَّةِ
الْحُلْوَانِىْ karena suatu
peristiwa yang menimpa dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari negeri
Bukhoro kesuatu pedesaan. Semua muridnya berziarah kesana kecuali satu Syaikhul
lmam Al-Qadhi Abu Bakar Az-Zarnujiy. Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau
bertanya :
“Kenapa engkau tidak menziarahiku? Jawabnya :
“Maaf tuan guru, saya sibuk merawat ibuku” beliau berkata: “Engkau dianugrahi
panjang usia, tetapi tidak mndapat anugerah buah manis belajar.” Dan ternyata
hal itu benar-benar terjadi, dimana sebagian besar waktunya, Asy-Syaikh
Az-Zaranjiy lebih banyak tinggal dipedesaan yang membuatnya kesulitan dalam
belajar. Lalu الشيخ الزَّرَنْجِىْ berkata
:
“Maka bersabarlah menahan rasa sakitmu jika
kamu mengabaikan saran dokter dan terimalah kebodohanmu jika kamu membangkang
kepada guru.”
Kedua, Sebaik-baik Guru. Sabda Rasulullah saw
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ
اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang
yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).
Keutamaan mengajarkan ilmu mendapatkan pahala
yang terus mengalir tanpa henti. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al-Anshari ra,
ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk
menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Jika kita ingin mudah masuk surga, lakukan
yang kita bisa dengan memakmurkan rumah-rumah yang mengajarkan al-quran baik
dengan berwakaf al-quran, wakaf sarana prasarana dan segala kebutuhan didalam
mempelajari al-quran maka itu akan mempermudah kita masuk dalm surga Allah swt.
Beberapa kebaikanya yg sudah di
sebutkan di malem ke tiga..
1. Guru ngaji lekar dari tahun 1980
s.d. 2023 (43 th) dari mulai pakai pelita sampai ada listrik
2. Ngisi talim di beberapa masjid
salah satu nya masjid lagoa dan masjid ijo bogor
3. Jadi amil di desa
4. Mesantren selama 7 tahun di ponpes
azziyadah sampai jadi santri kesayangan kiyai dan di angkat sebagai bendahara
pondok.
5. Suka ziarah ke makam2 wali / kiyai
setiap bulannya baik yg jauh maupun yg dekat