Khutbah Jumat : Benarkah Amaliah Asyuro Menyantuni Anak Yatim.?
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya
Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat
(Edisi 78) Tema :
“Benarkah Amaliah Asyuro Menyantuni Anak Yatim?”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni
Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi
dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda :
Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa
ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda
sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube,
Instagram & Facebook
Khutbah ini
disampaikan di Masjid JAMl’ AL-IKHLAS Bintang Metropol Bekasi. Jumat, 07 Agustus
2022 M/07 Muharram 1444 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Marhaban
tahun baru hijriyah, selamat datang tahun baru umat islam, berharap tahun ini
lebih baik dari tahun lalu. Dengan datangnya tahun baru berarti jatah hidup
kita di dunia ini semakin berkurang, ajal kita pun semakin dekat. Mari kita berusaha
tahun ini lebih baik dari tahun lalu, ibadah tahun ini lebih baik dari ibadah
tahun lalu, sedekah tahun ini lebih baik dari sedekah tahun lalu dan kualitas
amaliah tahun ini lebih baik dari amal-amal tahun lalu. Sebuah riwayat menyebutkan,
مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ
فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه
شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون
“Barangsiapa
yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang
beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang
yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada hari
kemarin maka dia terlaknat”. (Rwayat
Abu Nu’aim Al-Ashbahani).
Banyak
amaliah yang dilakukan dalam rangka menyambut datang awal tahun baru hijriyah
sesuai tuntunan Rasulullah saw.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Pertama, Berdoa
Awal Tahun.
Para sahabat Nab saw setiap kali
bertemu awal bulan atau awal tahun membaca doa yang diajarkan Rasulullah saw
yang bisa diamalkan. Dari ‘Abdullah bin Hisyam ra, ia berkata,
كَانَ أَصحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَتَعَلَّمُونَ هَذَا الدُّعَاءَ كَمَا يَتَعَلَّمُونَ القُرآنَ
إِذَا دَخَلَ الشَّهرُ أَو السَّنَةُ
“Sahabat
Nabi saw mengajarkan doa sebagaimana mengajarkan Al-Qur’an dimana doa ini
dibaca saat memasuki awal bulan atau tahun:
اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ
وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ،
وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ
“Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam, juga lindungilah kami dari gangguan setan, dan meraih rida Allah (Ar-Rahman).” (HR. Al-Baghawi dalam Mu’jam Ash-Shahabah).
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, Nabi saw
ketika melihat hilal, beliau mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ
وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ
“Ya Allah,
tampakkanlah bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan,
keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ad-Darimi).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, Niat
Selalu Berhijrah.
Hijrah itu berusaha keras dari kehidupan yang kelam, penuh dengan dosa kemaksiatan menuju kehidupan yang lebih baik, taat dengan perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya serta menjalankan semua perintahNya. Rasulullah saw bersabda,
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
”Dan
Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan
Allah”. (HR. Bukhori Muslim).
Karena
itu luruskan niat untuk selalu berhijrah, dengan niat pula seseorang bisa
mendapatkan pahala atau dosa, jika niatnya benar karena Allah dan rasulNya
pasti menuai pahala, namun jika niatnya salah maka akan mendaptakan dosa. Rasulullah
saw bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ
ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ
ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
“Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai
dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan
rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya
karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia
nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.” (HR. Bukhori Muslim).
Teruslah
melakukan kebaikan meskipun kebaikan itu hanya sedikit yang mampu kita kerjakan
namun akan menjadi amal yang paling dicintai dimata Allah swt. Rasulullah saw
bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى
أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang continue (terus
menerus) walaupun itu sedikit.”
(HR. Muslim).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketiga,
Memperbanyak Ibadah Puasa. Rasulullah saw
bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ
اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ
اللَّيْلِ
”Puasa
yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan
Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib
adalah shalat malam.” (HR. Muslim).
Karena
bulan Muharram disebut شهر الله
(Bulan Allah) maka Ibnu rajab Al-Hambali mengatakan, “Puasa yang paling utama
diantara bulan-bulan haram (dzulqo’dah, zdulhijjah, Muharram dan rajab) adalah
puasa di bulan Muharram syahrullah” (Lathoif Al-Ma’arif).
Dianjurkan
berpuasa selama bulan Muharram tetapi disesuaikan dengan kemampuannya
dihari-hari bulan Muharram namun jangan berpuasa Muharram satu bulan penuh.
Aisyah berkata,
وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِى
شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِى شَعْبَانَ
“Aku
tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa sebulan penuh selain di bulan
Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau banyak puasa dalam sebulan selain
pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim).
Terutama
jangan sampai ditinggalkan berpuasa pada hari ‘Asyuro (10 Muharram).
Dari Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ «
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ » قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi
saw ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah
akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau
juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa
’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Keempat, Berbagi
Infaq dan Sedekah.
Sering
terjadi pada bulan Muharram terutama hari kesepuluh (asyuro) dengan istilah
lebaran anak yatim, banyak sebagian umat muslim yang memanfaatkan moment ini
untuk berbagi infaq dan sedekah meskipun tidak ada dalil shohih secara khusus
untuk menyantuni anak yatim pada waktu tertentu Karena perintah membahagiakan
dan menyantuni anak yatim itu setiap saat kapan saja boleh dilakukan tanpa
harus menunggu moment khusus, betapa besar pahala dan karunia yang didapatkan
untuk orang-orang yang gemar menyantuni anak yatim. Dari Abu Hurairah, Rasulullah
saw bersabda,
السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ
وَالْمَسَاكِيْنِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَكَالَّذِي يَصُوْمُ
النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ
“Orang
yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang
berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan
menegakkan shalat di malam hari.”
(HR. Bukhari).
Dari
Ummu Said binti Murrah Al Fihri, dari ayahnya dari Nabi saw,
beliau bersabda,
أَنَا وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ
كَهَاتَيْنِ، أَوْ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ -شَكَّ سُفْيَانُ فِي الْوُسْطَى أَوِ
الَّتِيْ يَلِيْ الإِبْهَامُ
“Kedudukanku
dan orang yang mengasuh anak yatim di surga seperti kedua jari ini atau
bagaikan ini dan ini.” (HR. Bukhari).
Dari
Sahl ibnu Sa’ad, dari Nabi saw, beliau bersabda,
أَنَا وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ
هَكَذَا” وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“Kedudukanku
dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini.” [Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari
tengahnya].” (HR. Bukhari).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Mereka
yang menyantuni anak-anak yatim pada 10 muharram berdalil :
Pertama, Muharram Termasuk Bulan Haram.
Melakukan kebabaikan dan amal sholeh dibulan-bulan haram termasuk bulan Muharram akan menuai pahala lebih besar dibanding diluar bulan haram, begitu juga berbagi donasi, sedekah dan infaq yang dikeluarkan akan memperoleh pahala yang besar pula diantaranya adalah membahagiakan dan menyantuni anak yatim.
Kedua,
Melakukan فضائل الأعمال.
Dalam
riwayat hadist dhoif (lemah) disebutkan keutamaan menyantuni anak yatim pada 10
Muharram.
مَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ
عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً
“Siapa
orang yang mengusap kepala anak yatim (menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura
(10 Muharram), maka Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim
tersebut yang terusap oleh tangannya.”
(Hadits ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin).
Imam
al-Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyebutkan : “Para ulama dari kalangan hadits
dan ahli fiqih mengatakan Boleh dan disukai mengamalkan hadits dhoif dalam
perkara فضائل الأعمال ,
targhib (motivasi) serta tarhib (memberikan peringtan) selama haditsnya tidak
maudhu’ (palsu).
Termasuk
menurut Imam Ahmad bin Hambal dan ulama lainnya membolehkan meriwayatkan hadist
dhoif dalam فضائل الأعمال (keutamaan amal)
selama tidak diketahui hadist tersebut shohih.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Jangan
sia-siakan bulan Muharram kali ini untuk meningkatkan amal-amal sholeh karena
belum tentu Muharram tahun akan datnag kita masih dipertemukan lagi atau tidak.
Selagi Allah beri kesempatan bertemu dengan bulan Muharram, lakukan yang terbiak.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم