Khutbah Jumat : “PERINGATAN MAULID NABI SAW : 3 Akhlak Rasulullah Yang Bisa Ditiru (Part l)”
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya
Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat
(Edisi 83) Tema :
“PERINGATAN MAULID NABI SAW : 3 Akhlak
Rasulullah Yang Bisa Ditiru (Part l)”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni
Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi
dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda :
Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa
ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda
sangat membantu meringankan beban mereka.
WA :
+628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube,
Instagram & Facebook
Khutbah ini
disampaikan di Masjid JAMl’ ARROHMAH Teluk Pucung Kota BEKASI. Jumat, 30 September
2022 M/03 R. Awwal 1444 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله
Saat
ini kita sudah memasuki bulan Robiu’ul Awal adalah bulan kelahiran Rasulullah saw,
lahir di kota Makkah Al-Mukarromah pada hari senin, 12 Rabiul Awal tahun 571
Miladiyah, hari senin menjadi hari yang sangat istimewa dalam kehidupan Nabi
saw, pada hari senin beliau dilahirkan, hari senin beliau diangkat menjadi Nabi
dan pada hari senin pula beliau diwafatkan, sehingga kita peringati hari kelahiran
Nabi saw sekaligus juga kita peringati hari wafatnya. Pantas saja Rasulullah
saw saat ditanya keutamaan puasa hari senin, beliau menjawab. Dari Abu Qatadah
Al-Anshari ra, Rasulullah saw bersabda,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ
أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
“Hari
tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu
untukku.” (HR. Muslim).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Sosok
Rasulullah saw benar-benar seorang idola terbaik sepanjang masa belum bisa
tergantikan oleh siapapun, manusia yang paling sempurna, perkataan, tutur kata,
tingkahlaku dan semua gerak geriknya menjadi hukum yang diikuti dan disuritauladani.
Allah swt abadikan dalam al-quran bahwa Nabi itu Idola terbaik. firmanNya.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah” (QS.
al-Ahzaab:21).
Disamping
Rasulullah saw sebagai idola terbaik, beliau juga sangat luhur budi pekertinya,
memiliki akhlak yang sangat agung, sangat patuh menjalankan perintah Allah sawt,
mengamalkan isi al-quran dan selalu menghiasi dirinya dengan etika dan adab yang
sangat baik sehingga Allah memuji keluhuran akhlak Nabi dalam firmanNya.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. al-Qalam : 4).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Banyak
contoh akhlak Rasulullah saw yang perlu kita ikuti. Diantaranya :
Pertama,
Nabi itu Sangat Lapang Dada.
Bukti
Nabi saw sangat memiliki lapang dada, beliau tidak pernah dengki dengan
siapapun, apalagi iri dan dengki dengan rezeki orang lain, beliau sangat
menerima segala apapun yang diberikan Allah swt. Hidup Nabi saw penuh dengan
cahaya Allah swt tidak pernah sempit, tidak ada kesulitan dan tidak merasakan
keberatan. Allah swt berfirman,
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ
“Bukankah
Kami telah melapangkan untukmu dadamu (Nabi Muhammad).” (QS.
Asy-Syarh : 1).
Nabi
saw tidak pernah terbuai dengan kemegahan dunia apalagi iri dengan kemegahan
hidup orang lain, hidup beliau sangat sederhana, rumahnya hanya berukuran 3,5 x
4 meter, disitu Nabi tidur, makan, sholat malam, bercengkrama dengan istri,
menerima tamu dari berbagai delegasi dan dirumah itu pula Nabi wafat dan
dikuburkan, sampai-sampai tempat tidurnya terbuat dari kulit dan dedaunan
sehingga berbekas dipipi dan kulit beliau jika tidur diatasnya. Abdullah Ibnu
Mas’ud ra menceritakan :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: نَامَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَصِيرٍ فَقَامَ وَقَدْ
أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوِ اتَّخَذْنَا لَكَ
وِطَاءً، فَقَالَ: مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا
كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا.
“Suatu
ketika ia radhiallahu‘anhu melihat Rasulullah saw tidur di atas selembar tikar.
Ketika bangkit dari tidurnya tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau.
Berkatalah para sahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya
boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab: “Ada kecintaan
apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang
pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian
meninggalkannya.” (HR.
At-Tirmidzi).
Saking
sempitnya rumah Rasulullah saw sehingga saat Aisyah tidur sebagian tubuhnya
menghalangi Nabi saw sedang sholat. Dari Aisyah ra berkata,
كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم وَرِجْلاَيَ فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي
فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا
“Aku
tidur di depan Rasulullah saw (yang sedang shalat), dan kedua kakiku pada
kiblat beliau. Jika beliau hendak bersujud, beliau menyentuhku dengan jarinya,
lalu aku menarik kedua kakiku. Jika beliau telah berdiri, aku meluruskan kedua
kakiku” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan
kelapangan dada Nabi saw tidak pernah menginginkan dunia lebih dari diluar
kebutuhannya, tidak pernah cemburu dengan kehidupn mewah orang lain dan tidak
pernah mengejar dunia mati-matian sehingga lupa dengan tujuan diciptakan
manusia yaitu hanya beribadah kepadaNya.
Kedua,
Nabi Hanya Meminta Rezeki Sekedar Memenuhi Kebutuhan Pokok.
Sungguh
sangat berbeda dengan manusia kebanyakan yang selalu meminta kepada Allah harta berlimpah, kehidupan mewah, takut
jatuh miskin bahkan suka menimbun makanan untuk beberapa hari kedepan,
Rasulullah hanya meminta rezeki dari Allah bagi keluarganya sekedar memenuhi
kebutuhan pokok. Rasulullah berdoa,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا
“Ya
Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya” (HR. Muslim).
Beliau
mengangggap saat bangun tidur sudah terpenuhi kebutuhan pokok merupakan kenikmatan
yang sudah luar biasa, tidak berlebihan, hanya cukup sudah seperti dunia
seisinya. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ
مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa
di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan
masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari
itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sampai-sampai
Rasulullah saw itu tidak pernah merasakan kenyang saat beliau makan. Dari Malik
bin Dinar ra, beliau mengatakan,
مَا شَبِعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
مِنْ خُبْزٍ قَطُّ وَلاَ لَحْمٍ إِلاَّ عَلَى ضَفَفٍ
“Rasulullah
saw tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan
daging, kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang)” (HR. Tirmidzi).
Bahkan
Rasulullah saw sering berpuasa saat dirumahnya tidak ditemui makanan yang
dimasak. Dari Aisyah ra, ia berkata,
قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ، ذَاتَ يَوْمٍ يَا عَائِشَةُ ! هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ ؟ قَالَتْ فَقُلْتُ
: يَا رَسُوْلَ اللهِ ! مَا عِنْدَنَا شَيْءٌ قَالَ فَإِنِّيْ صَائِمٌ
“Rasulullah
saw bertanya kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki
sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)’. Aku menjawab: ‘wahai Rasulullah, kita tidak
memiliki sesuatupun (untuk dimakan)’. Beliau lalu bersabda: ‘kalau begitu aku akan
puasa” (HR. Muslim).
Yang
lebih memperihatinkan lagi, Aisyah menceritakan, selama satu bulan tidak pernah
masak, tidak pernah menyalakan api untuk memasak karena tidak ada sesuatu yang
dimasak,
كَانَ يَأْتِيْ عَلَيْنَا الشَّهْرُ مَا نُوْقِدُ
فِيْهِ نَارًا، إِنَّمَا هُوَ التَّمْرُ وَالْمَاءُ، إِلَّا أَنْ نُؤْتَى بِاللُّحَيْمِ
“Pernah
kami melalui suatu bulan yang ketika itu kami tidak menyalakan api sekali pun.
Yang kami miliki hanya kurma dan air. Kecuali ada yang memberi kami hadiah
berupa potongan daging kecil untuk dimakan”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga,
Nabi Tidak Pernah Mewarisi Harta.
Memiliki
ilmu akan selalu hidup sepanjang masa, orang yang berilmu tidak akan pernah
mati meskipun pemiliknya sudah mati, orang berilmu selalu sebagai penerang dari
gelapnya kebodohan, ilmu lebih diutamakan dari beramal karena ilmu imamnya
amal. Mu’adz bin Jabal ra mengatakan,
الْعِلْمُ إِمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ
تَابِعُهُ
“Ilmu
adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar,
hal. 15).
Bahkan
ilmu merupakan warisan Nabi saw karena Nabi saw tidak meninggalkan warisan
harta bagi keluarganya. Dari Aisyah ra, ia mengatakan:
مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه
وسلَّمَ دِيْنَارًا ، وَلَا دِرْهَمًا ، وَلَا شَاةً ، وَلَا بَعِيْرًا ، وَلَا أَوْصَى
بِشَيْءٍ
“Rasulullah
saw tidak meninggalkan dinar, dirham, kambing atau unta. Dan tidak memberikan
wasiat harta kepada siapapun”
(HR. Muslim).
Riwayat
lain Nabi saw bersabda:
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ
أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Namun mereka mewariskan ilmu.
Barangsiapa menuntut ilmu ia telah mengambil warisan para Nabi dengan jumlah
banyak” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu
Majah).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Sungguh
luar biasa akhlak Rasulullah, sulit rasanya kita bisa seperti beliau, sangat
sempurna, namun kita tetap berusaha maksimal untuk selalu mencontoh, mengikuti
jejak Rasulullah karena pasti akan selamat dunia dan akhirat.
32).