Khutbah Jumat (Edisi 104) Tema : “4 Tingkatan I’tikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan”

Khutbah Jumat (Edisi 104) Tema : “4 Tingkatan I’tikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan”

 

Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 104) Tema  :

“4 Tingkatan I’tikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ UKHUWAH Taman Villa Baru Bekasi. Jumat, 14 April 2023 M/23 Ramadhan 1444 H.


مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله 

Ramadhan sudah berada dipengujung, Ramadhan akan meninggalkan kita atau kita sengaja yang akan meninggalkan Ramadhan berlalu tanpa beramakna, padahal kita sama-sama tahu, Ramadhan adalah bulan panen pahala, semua doa tidak ada yang ditolak Allah swt, Ramadhan bulan diturunkan kitab undang-undang umat islam yang paling benar dan tidak pernah salah, Ramadhan kesempatan meraih pahala ibadah lebih baik dari seribu bulan (83 tahun 4 bulan).


Ternyata banyak diluaran sana umat islam yang tidak peduli dan tidak menghormati bulan suci ini, mereka tidak berpuasa makan minum seenaknya disiang hari, mereka menyepelekan qiyam Ramadhan sholat sunah tarawih, al-quran pun mereka tidak pernah sentuh bahkan dipenghujung bulan Ramadhan ini yang akan segera berakhir, banyak yang masih sibuk dengan urusan duniawiyah, padahal Ramadhan hanya datang sekali, belum tentu Ramadhan tahun akan datang kita masih ada umur, belum tentu kita sehat, belum tentu ada daya dan kekuatan, 11 bulan lamanya kita bekerja mengejar dunia, hanya 1 bulan ini Allah siapkan kita fokus untuk kehidupan akhirat kita, inipun rasanya masih berat.


Rasa sayang Allah kepada kita semua agar kita selamat dunia dan akhirat, Allah siapkan dipenghujung Ramadhan ini pahala besar yang spektakuler, pahala yang bisa diraih untuk orang-orang yang mengisi diterakhir bulan Ramadhan dengan beri’tikaf yaitu berdiam diri di masjid disertai dengan niat yang kuat iitiba’urosul. Inilah keistimewaan I’tikaf :


Pertama, I’tikaf Perintah Allah swt. Firman Allah swt.

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid” (QS. Al Baqarah: 187).

Dan syarat sah I’tikaf itu harus dilakukan di masjid, Ibnu Hajar ra berkata, “Para ulama sepakat bahwa disyaratkan melakukan i’tikaf di masjid.” Termasuk wanita, ia boleh melakukan i’tikaf sebagaimana laki-laki, tidak sah jika dilakukan selain di masjid.


Bahkan Imam Malik mengatakan bahwa i’tikaf boleh dilakukan di masjid mana saja yang penting ditegakkan sholat lima waktu didalamnya, sesuai keumuman firman Allah ini, Imam Syafi’ie pun sepakat dengan pendapat ini, namun beliau menambah syarat yaitu masjid yang diadakan sholat jumat agar Ketika pelaksanaan sholat jumat, orang yang sedang beri’tikaf tidak perlu keluar dari masjid.


Kedua, Nabi saw Beri’tikaf Sampai Tutup Usia.

I’tikaf ini adalah salah satu sunah Nabi saw yang rada berat dan rada jarang bisa diikuti para umat Rasulullah saw kecuali orang-orang yang betul-betul ingin menggapai malam lailatul qodar sehingga Rasulullah melakukan i’tikaf sampai tutup usia lalu diikuti para istri beliau. Dari ‘Aisyah, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi saw beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.” (HR. Bukhori Muslim).


Bahkan Rasulullah di tahun menjelang wafatnya beri’tikaf selama dua puluh hari. Dari Abu Hurairah, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

“Nabi saw biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”. (HR. Bukhori).

Saking pentingnya sunah I’tikaf ini sehingga Nabi saw juga pernah beri’tikaf di 10 hari terakhir dari bulan Syawal sebagai qadha’ karena tidak beri’tikaf di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari Muslim).


Ketika, Kesempatan Meraih Lailatul Qodar.

Tujuan mulia beri’tikaf adalah agar mampu meraih keutamaan lailatul qodar, keutamaan beribadah lebih baik dari 1.000 bulan. Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadarnya. Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Nabi saw bersabda,

إِنِّى اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِى إِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ ». فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ

“Aku pernah melakukan i’tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama. Aku berkeinginan mencari malam lailatul qadar pada malam tersebut. Kemudian aku beri’tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. Siapa saja yang ingin beri’tikaf di antara kalian, maka beri’tikaflah.” Lalu di antara para sahabat ada yang beri’tikaf bersama beliau.” (HR. Bukhari Muslim).


Lailatul qodar itu masih terus ada hingga hari kiamat dan kita disunahkan untuk terus berusaha mencari lailatul qodar dan menghidupkan malamnya. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).


Dan Lailatul qadar bisa didapatkan pada malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda,

فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil.” (HR. Bukhari Muslim).

Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan. Dari Ibnu ‘Umar Allah swt berfirman,

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. Ad Dukhan : 4).

Ibnu Katsir menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun.


Imam Syafi’i berkata pada qoul qadim (yang lama),

مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.”


Keempat, I’tikaf Sesuai Waktu Yang Kita Bisa.

Secara hukum memang I’tikaf itu sunah, namun setiap muslim harus berusaha untuk bisa beri’tikaf sesuai dengan kemampuan yang kita bisa, Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily berkata,

إِذَا كَانَ الْإِنْسَانُ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ كُلَّهَا فَنِعِمَّ الْعَمَلُ وَهُوَ الْمُطَابِقُ لِلسُّنَّةِ

1. Jika ada yang mampu beri’tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan, maka itu adalah amal terbaik dan juga sesuai dengan sunah Nabi saw.


فَإِذَا كَانَ لَا يَسْتَطِيْعُ الْإِعْتِكَافَ فِي النَّهَارِ لِكَوْنِهِ مُرْتَبِطًا بِعَمَلٍ يَصْعُبُ عَلَيْهِ أَنْ يَتْرُكَهُ أَوْ نَحْوُ هَذَا، فَلَا بَأْسَ أَنْ يَعْتَكِفَ لَيَالِي الْعَشْرِ.

2. Jika ada yang tidak bisa beri’tikaf disiang hari karena masih terikat kontrak kerja, sulit baginya untuk meninggalkan pekerjaaan, atau alasan lain, maka ia bisa beri’tikaf di malam-malam 10 hari terakhir Ramadhan.


يَأْتِيْ فِي جَمِيْعِ لَيَالِي الْعَشْرِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَيَنْوِيْ الْإِعْتِكَافَ وَيَبْقَى اللَّيْلَ كُلَّهٌ يَتَعَبَّدُ إِلَى أَنْ يُصَلِّيَ الْفَجْرَ

Ia datang ke masjid sebelum maghrib dan berniat untuk I’tikaf disetiap malam 10 hari terakhir, ia habiskan malamnya untuk beribadah sampai sholat shubuh.


فَيَكُوْنُ انْتَهَى اعْتِكَافُهُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ وَيَذْهَبُ إِلَى بَيْتِهِ وَعَمَلِهِ، ثُمَّ فِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ يَفْعَلُ كَذَالِكَ. فَيَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اللَّيَالِي كُلَّهَا لِأَنَّ اللَّيَالِي هِيَ وَقْتُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. فَهَذَا شَيْئٌ حَسَنٌ وَإِنْ كَانَ دُوْنَ الْإِعْتِكَافِ لَيلًا وَنَهَارًا.

Maka selesailah i’tikafnya pada malam itu, lalu ia pulang kerumahnya dan berangkat kerja. Kemudian ia lakukan lagi di malam kedua, ia beri’tikaf hanya di malam hari, karena lailatul qodar terjadi di malam hari. Ini juga bagus walaupun derajatnya dibawah I’tikaf siang dan malam.


وَإِنْ كَانَ يَصْعُبُ عَلَيْهِ أَنْ يَعْتَكِفَ اللَّيَالِي كُلَّهَا فَاعْتَكَفَ لَيَالِي الْأَوْتَارِ

3. Jika ia kesulitan untuk I’tikaf disetiap malam, maka bisa dengan I’tikaf di malam-malam ganjil.


لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ وَلَيلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ وَلَيلَةَ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ وَلَيلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ وَلَيلَةَ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ يَلْتَمِسُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَحَسَنٌ

Malam 21, malam 23, malam 25, malam 27 dan malam 29 ia mencari lailatul qodar di malam-malam itu dan ini juga  merupakan amal yang baik. Karena sesungguhnya Nabi saw bersabda,


فَإِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدَرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي وِتْرٍ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil.” (HR. Bukhari Muslim).

فَالْأَوْتَارُ أَرْجَى

Sebab lebih besar kemungkinan lailatul qodar itu jatuh di malam-malam ganjil.


فَإِنْ كَانَ لَا يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَعْتَكِفَ لَيَالِي الْأَوْتَارِ كُلَّهَا فَاعْتَكَفَ لَيلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ وَلَيلَةَ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ وَلَيلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ فَحَسَنٌ

4. Jika ia masih tidak bisa untuk beri’tikaf disemua malam-mlam ganjil, maka beri’tikaflah di malam 23, malam 25 dan malam 27, ini juga bagus,

فَإِنَّ هَذِهِ اللَّيَالِي الثَلَاثَ أَرْجَى لَيَالِي الْأَوْتَارِ لِلَيْلَةَ الْقَدَرِ

Karena tiga malam tersebut adalah malam yang paling besar kemungkinan lailatul qodar.


الشَّاهِدُ أَنَّ الْمُسْلِمَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَعْتَكِفَ وَلَوْ لَيْلَةً ويَسْتَطِيْعُ أَنْ يَعْتَكِفَ وَلَوْ نَهَارًا

لَكِنَّ الْكَمَالَ أَنْ يَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ كُلَّهَا

Initinya, setiap muslim itu harus bisa beri’tikaf walaupun hanya di malam hari. Bahkan ia boleh untuk beri’tikaf meskipun disiang hari, tetapi yang sempurna adalah i’tikaf di siang dan malam hari 10 hari terakhir Ramadhan.


مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله 

Semoga Ramadhan tahun ini kita tercatat orang-orang yang beruntung, bisa memaksimalkan ibadah dengan sempurna. Amiiiiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 


Yuuuk SILAKAN SEGERA DAFTAR UMROH 5 Agustus 2023 Hanya di Kantor Yayasan Wafizs Al-Amin Center Jl. Gudang Bin Ali no.73 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi 17612 WA : +628161191890 atau Klik lengakapnya di nuranwaramin.com

10 Hari (1 hari di Jeddah, 4 hari di Makkah, 3 hari di Madinah dan PP  hari).

Follow US : IG @adjienung, Facebook adjie nung, YouTube : Nur Anwar Amin dan IG @wafizscenter

Motto :

Nyaman, Dilayani & Pembimbing Profesional

“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”

 


YUUUK  BERWAKAF Di Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi Sedang Pembebasan Tanah Wakaf Untuk Pembangunan Masjid dan Majlis Taklim, Yang Berminat SEGERA BERWAKAF, Catet Nomor Rekening Yayasan Wafizs Al-Amin Center.  7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. 

 







Tulisan