Kultum Ramadhan Tema : “Kembali Kepada Fitrah”
kultum-ramadhan
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Kultum Ramadhan Tema :
“Kembali Kepada Fitrah”
Oleh : Nur
Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Kultum ini disampaikan di Masjid JAMl’ NUURUSSA’ADAH TWA Kota
Bekasi. Kamis, 20 April 2023 M/29 Ramadhan 1444 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ada dua kata yang sering kita dengar dan kita
sampaikan :
Pertama, kata
Fithroh, dalam kamus besar Bahasa Indonesia bermakna sifat atau watak asli atau
bermakna juga tabi’at.
Kedua kata Fithri,
dalam kamus Al-Mu’jam Al-Wasith berasal dari kata ‘afthoro’ yang berarti
memutuskan berpuasa karena melalukan pembatalannya (tidak berbuasa lagi setelah
Ramadhan).
Jadi, jika
memeberikan makna Kembali fithri (ied fitri) adalah ied artinya kembali atau
berulang, fithri bermkna berbuka.
Memang Ibnu
Rajab Al-Hambali mengatakan dalam kita Lathoif Al-Ma’arif kepada Sebagian
saudaranya Ketika melaksanakan sholat ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum
telah Kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan”. Perkataan ini
seakan membenarkan ied fithri bermakna Kembali suci. Padahal maksud perkataan
ini adalah begitu banyaknya pengampunan di bulan Ramadhan dari amalan yang kita
lakukan, mulai dari amalan puasa, sholat malam (qiyam Ramadhan), menghidupkan
lailatul qodar dan permohonan maaf yang selalu kita minta kepada Allah
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).
Saat lailatul qadar
pun kita banyak mohon pengampunan dosa. Kita mohon pada Allah agar dosa-dosa kita dihapus dan bukan
hanya ditutup. Doa yang dipanjatkan adalah,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ
عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Ya Allah, Engkau Maha
Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf (menghapus
kesalahan), karenanya maafkanlah aku (hapuslah dosa-dosaku)”
Amala-amalan
ini yang menyebabkan seolah-olah kita keluar dari bulan Ramadhan seperti bayi
yang baru dilahirkan dan yang paling penting perkataan ini ditunjukan untuk
orang-orang yang taat menjalan amaliah Ramadhan dengan sempurna, bukan
diperuntukan orang yang tidak berpuasa, sholat bolong-bolong, orang yang malam
sholat tarawih, orang yang tidak mau menghidupkan malam lailatul qodar dan
orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan dan dosa di akhir-akhir Ramadhan.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Malam ini
merupakan malam terakhir kita melakukan sholat tarawih qiyam Ramadhan, Ramadhan
akan meninggalkan kita, pasti kita ada persaan sedih dan gembira, sedih karena
kesempatan emas selama pendidikan Ramadhan sulit kita jumpai kembali karena
bulan Ramadhan hanya datang sekali dalam setahun, dan belum tentu tahun akan
datang kita masih hidup, ada sebuarh Riwayat menyebutkan,
لَوْ تَعْلَمُ
اُمَّتِيْ مَا في رَمَضَا نَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي اَنْ تَكُوْنَ السَّنََة
ُكُلُّهَا رَمَضَانَ
”Jika ummatku
mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, pasti mereka berkeinginan
supaya semua bulan dalam setahun terdiri dari Bulan Ramadhan seluruhnya”.
Karena di
dalam bulan ramdhan itu semua doa-doa pasti Allah ijabah, semua
kebaikan-kebaikan yang kita lakukan pasti pahalanya Allah lipatgandakan dan
semua dosa pasti Allah ampuni.
Ramadhan juga
bisa menjadi ancaman bagi sebagian orang. Dikisahkan ketika Nabi saw menaiki
mimbar, pada tangga pertama beliau berucap amiiin. Pada tangga kedua dan ketiga
beliau juga berucap amiiin. Para sahabat akhirnya bertanya, “Wahai Rasulullah,
kami mendengar engkau mengucapkan amiiin tiga kali.” Nabi menjelaskan, “Pada
tangga pertama tadi, Jibril mendatangiku dan mengatakan,
شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ
رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celaka orang
yang menjumpai Ramadhan dan melewatinya tapi dosa-dosanya tidak diampuni.”
Maka aku mengucapkan amiiin. Pada tangga kedua Jibril berkata,
شَقِيَ عَبْدٌ
أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
“Celaka orang
yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya tapi hal itu
tidak bisa memasukkannya ke surga.” Maka aku
mengucapkan amiiin. Pada tangga ketiga Jibril berkata,
شَقِيَ عَبْدٌ
ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ
“Celaka orang
yang ketika namamu disebut di dekatnya, tapi ia tidak bershalawat padamu.”
Maka aku mengucapkan amiiin. (Imam al-Bukhari).
Doa tersebut
disampaikan oleh malaikat terbaik dan diaminkan oleh manusia sekaligus makhluk
terbaik. Maka sungguh rugi orang beriman yang dosanya tidak diampuni oleh Allah
setelah berlalunya Ramadhan.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Idul fitri
1444 di negara kita tercinta banyak perbedaan
Nabi saw
bersabda,
الصَّوْمُ
يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
“Puasa kalian
ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, idul fithri ditetapkan tatkala
mayoritas kalian beridul fithri, dan idul adha ditetapkan tatkala mayoritas
kalian beridul adha.” (HR. Tirmidzi).