Menuju MAULID NABI 12 R,Awal : "Redaksi Perintah Bershalawat Memang Beda"

Menuju MAULID NABI 12 R,Awal : "Redaksi Perintah Bershalawat Memang Beda"

 Redaksi Perintah Bershalawat Memang Beda 


 Saudaraku …

Marilah…pada hari Senin ini yakni hari dilahirkannya nabi SAW, kita bershalawat kepada beliau. Karena setelah saya check, redaksi perintah bershalawat kepada nabi itu memang beda. Bedanya di mana, ya? 


Bahwa dalam firman-Nya, Allah telah memanggil hamba-hamba-Nya yang beriman dengan panggilan mesra, yaitu: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا “Hai orang-orang yang beriman…”. Dan ternyata, seruan tersebut di dalam Al-Qur’an kalau saya tidak salah sebanyak 88 (delapan puluh delapan) kali. Tapi yang membedakan antara ayat-ayat itu semua adalah QS. Al-Ahzâb ayat 56 tentang perintah bershalawat kepada nabi Muhammad SAW:


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzâb [33]: 56)


Hanya ayat di atas saja yang menggunakan Jumlah Ismiyah terlebih dahulu yang menyatakan “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Hai orang-orang yang beriman” baru perintah bershalawat dengan mengatakan: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا “Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. Sementara ayat lain itu diawali dengan seruan tersebut, baru perintah seperti misalnya perintah berinfaq:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ


"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu…” (QS. Al-Baqarah [2] : 254)


Silahkan cari ayat lainnya yang saya pastikan semua ayat-ayat itu pasti terlebih dahulu mengawali ayatnya dengan seruan يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا “Hai orang-orang yang beriman” baru perintah.


Beberapa mufassir berkomentar dengan redaksi QS. Al-Ahzâb [33]: 56 di atas seperti Imam Al Alusy, Imam As Samarqandy termasuk pavorite saya Syaikh Ibnu ‘Asyur. 


Imam Al Alusy mengatakan: والتعبير بالجملة الاسمية للدلالة على الدوام والاستمرار “Adapun ungkapan dengan Jumlah Ismiyyah ini untuk menunjukkan bahwa shalawat-Nya Allah dan para malaikat-Nya itu bersifat abadi dan terus menerus”. Hal ini berbeda kata beliau bila menggunakan Jumlah Fi’liyyah seperti ayat lainnya yang cukup sewaktu-waktu. 


Lebih hebat lagi yang dikatakan Imam As-Samarqandy

 ليس شيء من العبادات أفضل من الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ، لأن سائر العبادات أمر الله تعالى بها عباده . وأما الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فقد صلى عليه أولاً هو بنفسه ، وأمر الملائكة بذلك ، ثم أمر العباد بذلك 

“Tidak ada sesuatu ibadah apa pun yang melebihi afdhalnya dari ber-shalawat kepada nabi SAW. Karena sesungguhnya seluruh ibadah itu Allah yang memerintahkan ibadah itu untuk dilaksanakan oleh para hamba-Nya. Adapun shalawat kepada nabi itu, Allah yang bershalawat kepadanya pertama kali dengan Diri-Nya Sendiri kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikat, baru Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bershalawat kepada nabi SAW ”.


Imam Ibnu ‘Asyur tidak kalah bobot ucapannya tentang ayat di atas dengan mengatakan:

 وذُكرَ صلاة الملائكة مع صلاة الله ليكون مثالاً من صلاة أشرف المخلوقات على الرسول لتقريب درجة صلاة المؤمنين التي يؤمرون بها عقب ذلك  

“Disebutnya Shalawat malaikat bersama shalawat Allah sebagai tamsil yang menunjukkan akan sepaling mulianya makhluk bila bershalawat kepada Rasulullah karena dekatnya derajat shalawat orang beriman yang diperintahkannya setelah shalawat Malaikat dan Shalawat Allah kepada nabi SAW itu”.


 Dah … dahhh …shalawat ya terus menerus kepada nabi Muhammad SAW dalam waktu dan kesempatan dengan shalawat yang beliau ajarkan kepada kita. Lalu bagaimana cara bershalawatnya?

 HIB : 25 September 2023 menuju 12 Rabi’ul Awwal .


Tidak Cukup Bershalawat 


 Saudaraku …

Bersahalawat kepada nabi SAW adalah barang baru bagi para sahabat. Kebaruannya sejak turun QS. Al-Ahzâb ayat 56 tentang perintah bershalawat kepada nabi Muhammad SAW. 


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzâb [33]: 56)


Ayat di atas menunjukkan ada 2 (dua) perintah kepada kaum muslimin, yaitu perintah ber - Shalawat dan perintah ber - Salam . Jadi, tidak cukup bagi seseorang hanya bershalawat tanpa bersalam.


Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihyâ 'Ulûm al-Dîn menceritakan seorang dari mereka (seorang dari kalangan ulama, sufi, ahli ibadah dsb.) pernah berkata: "Sementara aku menulis (catatan tentang) beberapa hadis, aku selalu mengiringinya dengan menuliskan shalawat untuk Nabi Saw., tanpa melengkapinya dengan salam untuk beliau. Malamnya aku berjumpa dengan beliau dalam mimpi, dan beliau berkata kepadaku: 'Tidakkah sebaiknya engkau melengkapi shalawatmu untukku dalam bukumu itu?' Maka sejak itu, tak pernah aku mengucapkan shalawat kecuali melengkapinya dengan ucapan salam untuk beliau."


Ibnu ‘Ajibah menulis dalam kitab tafsirnya dengan mengutip pendapat Al-Qasthalany:

 اعلم أن الصلاة عليه صلى الله عليه وسلم سُلم ومعراج الوصول إلى الله؛ لأن تكثير الصلاة عليه صلى الله عليه وسلم تُوجب محبته ، ومحبتُه عليه الصلاة والسلام توجب محبة الله تعالى ، ومحبته تعالى للعبد تجذبه إلى حضرته ، بواسطة وبغيرها 

 “Ketahuilah bahwa sesungguhnya Shalawat kepada nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah diberikan tangga dan mi’raj sehingga sampai berjumpa kepada Allah. Dengan demikian, memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau, maka orang itu berhak mendapat mahabbah-nya nabi SAW. Mahabbah-nya nabi SAW itu berhak mendapat Mahabbah Allah. Mahabbah Allah kepada seorang hamba membuat hamba itu ditarik kehadhirat-Nya dengan perantara shalawat itu bukan dengan yang lainnya”.


Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya menjelaskan perbedaan salam di antara kaum muslimin dengan salam kepada nabi Muhammad SAW: “Adapun salam di antara kaum muslimin dengan shighat yang pasti, yaitu: السلام عليكم “Semoga keselamatan atas kalian”. Sedangkan salam pada Tasyahhud yaitu:  السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته ”Semoga salam atasmu wahai nabi, Rahmat Allah dan Keberkahan-Nya”.


Ada orang yang mentang - mentang paham nahwu, dia mencoba merubah shighat salam ke saya: السلام عليك يا استاذ “Semoga keselamatan buat ente, guru”. Artinya, kata dia rubah kata على tergantung kepada siapa dia memberi salam, apakah kepada seorang laki-laki atau kepada perempuan, sendiri apa berdua. Dia baru mengucap: السلام عليكم bila dihadapan orang banyak. 


Ada juga seorang Syaikh yang mau merubah shighat dalam tasyahhud bukan yang kita baca selama ini, yaitu: السلام عليك أيها النبي ورحمة الله  وبركاته akan tetapi   السلام على النبي ورحمة الله وبركاته ”, Siapa Dah ?


 HIB : Selasa , 26 September 2023 menuju 12 Rabi'ul Awwal