Khutbah Jumat (Edisi 130) Tema : “Berupaya Agar Mati Husnul Khotimah (Part.2)”
khutbah-jumatWafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 130) Tema :
“Berupaya
Agar Mati Husnul Khotimah (Part.2)”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ AL-ARIF Pejuang Pratama Kota
Bekasi. Jumat, 02 Desember 2023 M/09 Jumadil Awal 1445 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Siapapun orangnya setiap muslim pasti sangat menginginkan mati dalam
keadaan husnul khotimah sampai-sampai setiap hari kita selalu berdoa agar Allah
tutup ajal kita dengan baik. Rasulullah saw selalu mengajarkan dalam doa agar
mendapatkan husnul khatimah. Beliau bersabda,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ ، وَخَيْرَ
عَمَلِي خَوَاتِمَهُ ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya, dan jadikan
sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan sebaik-baik hariku pada saat
aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat)”. (HR Ibnu As-Sunni).
Begitu juga Anas bin Malik ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda :
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ،
قاَلُوُا: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ
مَوْتِهِ. رَواه الإمام أحمـد والترمذي وصحح الحاكم في المستدرك.
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah
memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya, ”Bagaimana Allah akan
memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab, ”Allah akan memberinya taufiq untuk
beramal shalih sebelum dia meninggal.” (HR Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Selain kita selalu berdoa agar minta mati husnul khotima, banyak hal
yang harus kita lakukan amaliah yang bisa mengantarkan untuk mencapai husnul
khotimah. Diantaranya :
Pertama, Banyak Lakukan Amalan Yang Sir (rahasia).
Berusaha
semampu
mungkin untuk bisa menyembunyikan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, meskipun
ada amalan yang memang yang harus diperlihatkan namun mana yang lebih baik antara
memperlihatkan amal atau justru menyembunyikannya, maka sangat tergantung
bagaimana kita bisa menjaga hati untuk tidak bersikap riya, jika selama kita
yakin tidak bersikap riya, bisa menjaga hati dari sikap riya maka boleh
diperlihatkan.
Lalu, jika memang yang
kita lakukan itu diikuti oleh orang lain atau memberikan kemanfaatan kebaikan yang
lebih luas, maka afdholnya diperlihatkan, namun jika marasa khawatir belum bisa
menjaga hati takut riya, maka lebih baik disembunyikan.
عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ
العَوَّامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ خَبِيءٌ
مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ". أخرجه الخطيب في "التاريخ
“Barang siapa di
antara kalian yang mampu untuk memiliki amal salih yang tersembunyi, maka
lakukanlah.” (Lihat As-Shahihah, no. 2313).
Seorang ulama, Salamah
bin Dinar Rahimahullah berkata,
اُكْتُمْ مِنْ
حَسَنَاتِكَ كَمَا تَكْتُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكَ
“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu,
sebagaimana kamu menyembunyikan keburukan-keburukanmu.” (Hilyah auliya, no.
12938).
Imam Asy Syafi’i
mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang
tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala
sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di
akhirat kelak.” (Lihat Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain
Al ‘Afaniy,hal. 230-232).
Contoh amalan yang
dapat disembunyikan :
(1). Amalan Sholat
Sunnah dan Sholat Malam.
Ar Robi bin Khutsaim
–murid ‘Abdullah bin Mas’ud- tidak
pernah mengerjakan shalat sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali
saja. (Az Zuhud, Imam Ahmad, 5/60, Mawqi’ Jami’ Al Hadits).
Begitu juga Ayub As
Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha
menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura
mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu. (Hilyatul Auliya’,
Abu Nu’aim Al Ash-bahaniy, 3/8).
Termasuk mengerjakan
sholat sunah Dhuha, meskipun kita tau seberapa besar keutamaannya namun cukup
hanya diri kita dan Allah saja yang mengetahuinya,
عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ،
فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا
سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ،
وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا
سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ
مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ
الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ
لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)
“Diriwayatkan dari
Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan
Abu Dzar ra, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu
kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah saw sebagaimana
kamu bertanya kepadaku.
Lalu beliau bersabda:
‘Bila Kamu sholat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari
kaum yang lalai, bila Kamu sholat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai
bagian dari kaum yang berbuat baik, bila Kamu sholat Dhuha enam rakaat maka
akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat, bila Kamu sholat Dhuha delapan
rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung, bila Kamu
sholat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu dan
bila Kamu sholat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di
surga’,” (HR al-Baihaqi).
(2). Bersedekah Dengan
Sembunyi.
Di antara golongan
yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti adalah,
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Seseorang yang
bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhori Muslim).
Seperti ‘Ali bin Al
Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari.
Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi.
Beliau mengatakan,
إِنَّ صَدَقَةَ
السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ
“Sesungguhnya sedekah
secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.”
Penduduk Madinah tidak
mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain
meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap
malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul
karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari. (Hilyatul
Auliya,3/135-136).
(3). Menyembunyikan Bacaan
Al Qur’an dan Dzikir.
Nabi saw bersabda,
الْجَاهِرُ
بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ
بِالصَّدَقَةِ
“Orang yang
mengeraskan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang terang-terangan
dalam bersedekah. Orang yang melirihkan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan
orang yang sembunyi-sembunyi dalam bersedekah.” (HR. Abu Daud dan
At-Tirmidzi).
(4). Menyembunyikan
Amalan Puasa Sunnah.
Daud bin Abi Hindi
berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang
mengetahuinya. Ia adalah seorang penjual sutera di pasar. Di pagi hari, ia
keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar,
ia pun menyedekahkannya. Kemudian ia pun kembali ke rumahnya pada sore hari,
sekaligus berbuka dan makan malam bersama keluarganya. (Shifatus Shofwah, Ibnul
Jauziy, 3/300).
inilah amalan yang bisa
kita sembunyikan, jangan sampai orang lain tahu, jangan diomomng-omongin, jangan
diumbar-umbar, jangan dishare-share karena itu akan merusak keikhlasan kita, khawatirnya
jadi riya dan tidak berpahala percuma kita rajin sholat dhuha, rajin sholat tahajud,
raji sedekah, lalu diceritakan keman-mana. Lain halnya kalau kebaiakan itu diceritakan
oleh orng lain maka tidak mengurangi pahala.
Kedua, Tidak Menzholimi
Orang Lain.
Zholim adalah
perbuatan tercela, dilarang dalam agama islam dalam bentuk apapun dan kepada siapapun
bahkan kepada orang kafir dan kepada binatang sekalipun, itu tidak
diperkenankan terlebih lagi sampai menyakiti dan menzholimi orang lain dengan
unsur sengaja. Rasulullah saw bersabda:
اتَّقوا الظُّلمَ فإنَّ
الظُّلمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Jauhilah kezaliman
karena kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat” (HR. Al Bukhari dan
Muslim).
Beliau juga bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ
يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ،
وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ
كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ.
Dari Abdullah ibn Umar
ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa
yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.
Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah
menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.
Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi
(aibnya) pada hari kiamat. (HR. Bukhori).
Kezholiman adalah
sebab bencana dan petaka. Allah swt berfirman,
فَكَأَيِّن مِّن
قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا
وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ
“Berapalah banyaknya
kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim,
maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak
pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi” (QS. Al Hajj: 45).
Seseorang yang
berprilaku zholim akan jauh dari hidayah Allah swt dan jauh mendapatkan
kebaikan di dunia dan di akhirat. Allah swt berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al Maidah: 51).
إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ
الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tidak akan mendapatkan al falah” (QS. Al An’am: 21).
Tinggalkan perbuatan
zholim karena akan mendapatkan kerugian besar jika ia tidak secepatnya minta
dihalalkan. Nabi saw bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ
مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ
الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ
عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Siapa yang pernah
berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun
hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum
datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak
lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan
diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan
lagi maka keburukan saudaranya yang dizhaliminya itu akan diambil lalu
ditimpakan kepadanya”. (HR. Al-Bukhari).
Ketiga, Lalukan amalan
yang pahalanya berlipat ganda dan pahalanya yang mengalir meskipun kita sudah
mati.
Karena kita tidak tahu
seberapa panjang Allah swt memberikan umur kepada kita, takutnya ketika kita
mati, antara umur dengan amal kita tidak seimbang, makanya amalan-amalan yang
kita lakukan itu tidak hanya sekedar bernilai amal ibadah saja namun harus kita
pilih amala-amalan yang pahalanya berlipat ganda dan mengalir. Syekh Ahmad Ibn
Atha'illah as-Sakandari dalam al-Hikam berkata,
رُبَّ عُمُرٍ
اتَّسَعَتْ آمادُهُ وَقَلَّتْ أمْدادُهُ، وَرُبَّ عُمُرٍ قَليلَةٌ آمادُهُ
كَثيرَةٌ أمْدادُهُ
"Kadang umur
berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek
namun manfaat melimpah."
Itulah umur yang
berkah karena tidak dilihat pendek panjangnya usia namun sejauhmana ia mengisi
hidupnya dengan amal ibadah sehingga membuat umur yang berkualitas, maka lebih
baik umur pendek tapi diisi dengan ibadah kepada Allah swt daripada umur panjang
tapi penuh dengan dosa dan maksiat. Diriwayatkan dari Hatim Al Asham ra, ia
berkata :
اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ
لَايَعْرِفُ قَدْ رَهَاإِلَّا اَرْبَعَةٌ : اَلشَّبَابُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهُ
إِلَّا الشُّيُوْخُ وَالْعَافِيَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا اَهْلُ
الْبَلَاءِ وَالصِّحَّةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَرْضَى وَالْحَيَاةُ
لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَوْتَى .
“Empat perkara yang
tidak diketahui nilainya kecuali empat orang ini, yaitu : waktu muda, nilainya
hanya dapat diketahui oleh orang yang sudah tua. Kebahagiaan, nilainya hanya
dapat diketahui oleh orang orang yang tertimpa musibah. Kesehatan, nilainya hanya
dapat diketahui oleh orang orang yang sakit, dan kehidupan, nilainya hanya
dapat diketahui oleh orang orang yang mati.” (Kitab Nashoihul Ibad
diriwayatkan dari Hatim Al-Asham ra).
Jangan pernah lelah untuk
terus berdoa dan minta kepada Allah dimatikan dalam keadaan beragama islam dan
husnul khotimah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan
Dengan RAHMAT ALLAH. Alhamdulillah Wa SyukrulillahTELAH TERBIT BUKU BARUJudul : "Hamba Yang Beruntung Di Dunia & Akhirat"Oleh NUR ANWAR AMIN, LcFollow Us :Mr. Lukman +62 815-8428-2565IG : @adjienung @wafizscenterFacebook : adjie nungYouTube : Nur Anwar AminHarga : Rp. 125.000Alamat Kantor :Yayasan Wafizs Al-Amin CenterJl. Gudang Bin Ali No. 73Ujungharapan Rt. 05/06 Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. Bekasi Jawa Barat.