Khutbah IDUL FITRI 2024/1445 (edisi 145) Tema : “Sambut Hari Kemenangan Dengan Lestarikan Nilai Ramadhan”
khutbah-idulfitri
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah IDUL FITRI 2024/1445 (edisi 145) Tema :
“Sambut
Hari Kemenangan Dengan Lestarikan Nilai Ramadhan”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ NURUL KHOIR Depan Pasar Babelan
Bekasi. Rabu, 10 April 2024 M/01 Syawwal 1445 H.
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ
عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ
الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَعَانَناَ عَلىَ
الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ
الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ
النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Hari ini hari bahagia,
hari kegembiraaan, hari sukacita bagi seluruh umat islam, bahagia yang
bercampur dengan kesedihan, gembira karena telah disucikan Allah selama satu
bulan penuh, ditempa dengan Ramadhan, gembira karena pada hari ini kita kembali
fitroh, boleh berbuka dan diharamkan berpuasa, gembira karena baru saja kita
berhasil memenangkan perjuangan melawan hawa nafsu, karena hanya orng-orang
yang sangat ingin ikut sholat bersama kita pagi ini tapi ada yang lebih cepat
dari keinginan.
Hari ini kita juga
telah kehilangan saudara-saudara tercinta kita yang tahun lalu duduk bersimpuh
bersama di rumah Allah ini dan sholat idul fitri bersama namun mereka sudah kembali
menghadapNya tuk selamanya.
فَإِذَا جَاءَ
أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Jika ajalnya tiba,
mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta
percepatan.” (QS. Al-A'rof : 34).
Hari ini kita bersedih
karena ada orng-orang yang wajahnya masih terbayang dibenak kita, senyumnya
masih terbayang diujung mata kita, tapi saat kita pulang ke rumah nanti mereka
sudah tidak ada lagi bersama kita, selama ini kita genggam tangannya, kita cium
tangannya, selama ini jika kita pulang, kita minta ampunan dan maafnya, tapi
saat ini kita tidak lagi berjumpa dengan mereka, sekarang mereka sudah pindah
tempat ke alam lain yang tidak mungkin akan kembali lagi bersama kita.
Ini adalah hari-hari
yang bagi seorang muslim bercampur aduk dalam hati dan persaannya antara senang
dan kesedihan, tidak ada yang dapat mengusir kesedihan itu selain dari pada
takbir, maka agungkan agama Allah, dengan lantunan takbir, Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar.
1 Syawal adalah hari
perpisahan kita dengan bulan Ramadhan yang didalamnya terdapat sholat taraweh, berpisahlah
sudah kita dengan bulan yang didalamnya ada satu malam kalau kita beramal pada
malam itu lebih baik daripada 1000 bulan, berpisahlah kita sudah dengan bulan
yang didalamnya kita bertemu, bertatap muka setiap malam, bisa bertahajjud,
beri’tikaf bersama orang-orang sholeh. Namaun bulan Ramadhan sudah pergi
meninggalkan kita, apakah Ramadhan akan datang lagi tahun depan?, tentu Ramadhan
akan datang lagi tapi apakah kita akan berjumpa lagi dengan Ramadhan?, pastinya
tidak ada jaminan kita bisa jumpa lagi atau tidak. Bisa jadi Ramadhan kali ini menjadi
Ramadhan terakhir untuk kita, dan bisa jadi hari ini sholat iedul fitri
terakhir bagi kita, maka yang akan kita bawa menghadap Allah swt adalah
nila-nilai Ramadhan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan dimasa yang akan
datang.
Bulan Ramadhan boleh
berakhir, tapi hidup belum berakhir, masih ada bulan Syawwal, masih ada bulan Dzulqo’dah,
bulan Dzulhijjah, masih ada bulan Muharrom sampai kematian yang memisahkan
kita,
وَلَا تَمُوْتُنَّ
اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“dan janganlah kamu
mati kecuali dalam keadaan Muslim.” ( QS. Ali 'Imran : 102).
Karena itu pelihara
diri kita, pelihara keluarga kita agar selamat dari siksa api neraka, lakukan
berbagai amal sholeh meskipun Ramadhan sudah pergi meninggalkan kita.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ
مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦
“Wahai orang-orang
yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan
keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Sambut hari kemenangan
dan kegembiraan ini dengan wajib melestarikan 5 Nilai Ramadhan dalam Kehidupan
Berbangsa, Beragama, Sosial dan Terpelihara dari Siksa Api Neraka. Diantaranya
:
Pertama, Ramadhan Menanamkan
Rasa Takut kepada Allah swt.
Siang Ramadhan semua
kita diharamkan makan dan minum padahal makanan itu halal, diharamkan menggauli
istri, padahal istri yang dinikahi dengan akad yang halal, namun kita mampu
bertahan sampai 30 hari Ramadhan, maka yang perlu kita bawa keluar dari Ramadhan
masuk bulan Syawal ini adalah rasa takut kepada Allah swt. Kalau seorang anak
takut kepada Allah dia tidak akan melawan orang tuanya, kalau orang tua takut kepada
Allah dia tidak akan menyia-nyiakan anaknya, kalau pedagang takut kepada Allah
dia tidak akan berlaku curang pada timbangannya, dia tidak akan tipu menipu karena
dia tau ancaman Nabi saw. Dari Abdulla rah, Nabi saw bersabda,
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ
مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang
menipu, maka ia tidak termasuk golongan umat kami. Orang yang berbuat makar
(tipu muslihat) dan pengelabuan, tempatnya di neraka.” (HR. Ibnu Hibban).
Walaupun sholatnya rajin,
tahajjudnya tiap malam, khatam al-qurannya berulang kali, infaq, sedekahnya
banyak tapi jika dia menipu, berbuat
curang maka dia bukan golongan umat Rasulullah saw. Kalau takut kepada Allah
maka penguasa tidak akan berbuat zholim, kalau takut kepada Allah para alim
ulama tidak akan curang pada fatwanya, kalau takut kepada Allah maka para
wanita tadak akan membuka auratnya, mengurai rambutnya didepan laki-laki yang
bukan mahromnya, kalau takut pada Allah laki-laki tidak akan menyentuh tangan perempuan
yang bukan mahromnya karena lebih baik menusukkan paku yang terbuat dari api
neraka daripada menyentuh tangan perempuan yang bukan mahrom, kalau takut kepada Allah maka lidah akan senantiasa
bertasbih, bertahmid, bertakbir, beristighfar dan bersholawat mengagungkan Allah
swt,.
Selama 30 hari, 30 malam
Ramadhan ditanamkan rasa takut kita kepada Allah. Kita bisa belajar dari kisah
Qobil dan Habil putra Nabi Adam as, ketika datang Qobil ingin menimpkan batu ke
kepala Habil lalu kemudian Habil adalah orang yang sangat sehat secara fisik
dan mental, tidak cacat, tidak lumpuh dan kuat perkasa, namun Habil tidak
membalasnya karena dia takut kepada Allah swt. Peristiwa inipun diabadikan Allah
swt dalam al-quran.
لَٮِٕنۡۢ بَسَطْتَّ
اِلَىَّ يَدَكَ لِتَقۡتُلَنِىۡ مَاۤ اَنَا بِبَاسِطٍ يَّدِىَ اِلَيۡكَ
لِاَقۡتُلَكَ ۚ اِنِّىۡۤ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الۡعٰلَمِيۡنَ
"Sungguh, jika
engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan
seluruh alam." (QS. Al-Maidah : 28).
Kalau takut kepada
makhluk pasti punya kekurangan namun takut kepada Allah tidak akan lepas dari
pengawasanNya karena Allah itu,
لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ
وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ
“Dia tidak dilanda
oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi.” (QS. Albaqorh :
255).
Rasa takut itulah yang
selalu kita tanamkan dalam hati, jangankan yang haram, terkadang yang halalpun
takut kita telan, yang halal pun takut kita ucapkan, maka makna Ramadhan
merasuk dalam diri kita, dengan membawa rasa takut itu keluar bulan Ramadhan.
Maka takut kepada
Allah itulah krisis kita di jaman sekarang ini, Inilah yg menjadi kirisis
bangsa saat ini, orang tidak lagi takut kepada Allah, suami tidak lagi takut kepada
Allah dia biarkan istrinya memakai pakaian yang tidak sesuai syariat islam, seorang
ayah tidak lagi takut kepada Allah maka dia biarkan anak perempuannya tidak
mengikuti ajaran islam, pemimpin tidak takut kepada Allah maka dia tidak lagi
menunaikan amanah, berlaku curang, memanipulasi data, yang benar dianggap salah
dan yang salah seolah-olah benar.
Hari ini ramainya umat
islam berbondong-bondong hadir sholat idul fitri tidak menjadi ukuran bahwa
keberhasilan Ramadhan bukti rasa takut kita kepada Allah. Justru bukti
keberhasilan bulan pelatihan menanamkan takut kepada Allah itu timbul adalah setelah Ramadhan berlalu.
Bahkan termasuk diantara
orang yang mendapatkan nungan nanti di padang mahsyar yang tidak ada lagi
bernaung kecuali naungan Allah swt
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ
الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ،
فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا
حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ
خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah ra,
dari Nabi saw bersabda, “7 golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya
pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2)
seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang
yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan
Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang
laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi
cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan (6)
seseorang yang bershodaqoh dengan satu shodaqoh lalu ia menyembunyikannya
sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta
(7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan
air matanya.” (HR. Bukhari Muslim).
Oleh sebab itu rasa
takut ini terus kita pupuk setelah Ramadhan karena di bulan Syawwal ada puasa 6
hari yang menanamkan rasa takut, selesai Syawwal masuk Dzulqo’dah adalah puasa
bulan haram, setelah itu ada lagi puasa arofah di bulan Dzulhijjah lalu masuk lagi
bulan Muharrom ada puasa asyuro 10 muharrom, ini semua adalah untuk menanamkan
rasa takut kita kepada Allah swt.
Pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang menanamkan rasa takut kepada Allah, sudah berapa banyak pengajian
majlis taklim yang diikuti tetapi tidak membuat tambah rasa takut, pengajian hanya
menjadi orang yang obral dalil, mengungkapkan kata-kata hikmah, hanya untuk
menarik kekaguman orang, namun tidak ada secuilpun takut kepada Allah. Ingat..!
jangn-jangan kita sedang dipermainkan setan karena setan takut kepada Allah.
Itulah yang menjadi
penghalang antara kita dengan api neraka, hampir tidak ada dinding antara kita
dengan api neraka, ada satu doa yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar :
اللَّهُمَّ اقْسِمْ
لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ
طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ
“Ya Allah, curahkanlah
untuk kami bagian rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari perbuatan maksiat
kepadaMu, dan jadikanlah untuk kami ketaatan kepadaMu yang menghantarkan kami
kepada SurgaMu." (HR. Tarmizdi).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Kedua, Ramadhan Mengajarkan
Kepedulian.
Takut kepada Allah itu
حبل من الله (hubungaan secara vertikal), namun حبل من الله tidak cukup
begitu saja karena Allah swt menjanjikan
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ
النَّاسِ
“Mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS. Ali Imron :
112).
Manusia itu akan
senantiasa dihinakan, direndahkan dimanapun berada tapi ada orang-orang yang
diangkat derajatnya yaitu orang-orang yang menjadikan حَبْلٍ مِنَ اللَّهِ dan بحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ dan makna
puasa selama 30 hari itu, kita diajak merasakan perasaan orang lain, kita
merasakan lapar yang menggigit, kita merasakan haus yang kering kerontang di tenggorokan.
Islam bukan agama
egois, islama tidak akan mengakui keimanan seseorang yang tidak mampu merasakan
persaan orng lain, sampai-sampai dikatakan Nabi asw
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ
الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ
“Tidaklah mukmin orang
yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” (HR. Al-Bukhari).
Dia tidak akui sebagai
orang beriman, walaupun sholat ied, walaupun ia bolak balik ke Makkah haji dan
umroh, mereka itu لَيْسَ الْمُؤْمِنُ (dia tidak akui orang
beriman), karena orang itu sanggup tidur pulas, seentara tetangga sebelah rumahnya
sedang kelaparan.
Bahkan dalam hadits yang
paling tegas dikatakan.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَة
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
(لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ)
رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu Hamzah Anas
bin Malik ra, pembantu Rasulullah, dari Nabi saw bersabda: ”Tidaklah salah
seorang di antara kalian beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia
mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Lapar karena berpuasa,
haus karena berpuasa selama 30 hari, kita taati perintah Allah ini karena ingin
merasakan perasaan orang lain, maka mari setelah Ramadhan dan sudah masuk Syawwal
adalah bulan peningkatan, kita tingatkan kepedulian terhadap anak yatim, panti
jompo, orang-orang miskin dan dhuafa.
Makna melestarikan
nilai Ramadhan adalah kalau orang-orang miskin terjamin sekolah anaknya,
terjamin kesehatannya jangan sampai mereka mati karena tidak dapat berobat, jangan
sampai mereka mati kelaparan karena tidak ada makanan yang dimakan. Karena itu tidak anggap ibadah kita dihadapn Allah
swt karena satu diantara amal yang terus pahalanya mengalir setelah kematian
adalah sodaqotun jariyah. Rasulullah saw bersabda:
إِذَا مَاتَ ابنُ آدم
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Apabila seorang
manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga, yakni sedekah
jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim).
Ramaikah orang yang
mengriringi jenazah kita saat masuk kedalam liang kubur yang sejuk, sepi dan
gelap itu,? semuanya datang untuk mengringi, sahabat, teman, handaitolan dan keluarga
ikut mengiringnya, namun kata Nabi saw bersabda
عن أنس رضي الله عنه
مرفوعاً: «يَتْبَعُ الميتَ ثلاثةٌ: أهْلُه ومَالُه وعَمَلُه، فيرجع اثنان ويَبْقى
واحد: يرجع أهْلُه ومَالُه، ويبقى عَمَلُه [متفق عليه]
.Dari Anas ra, dari
Rasulullah saw bersabda, "Mayat itu akan diikuti oleh 3 perkara :
keluarga, harta dan amalnya. Dua perkara akan pulang kembali, dan yang satu
akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali, dan yang tinggal
adalah amalnya." (HR. Bukhori).
Bukti puasa Ramadhan
itu menyentuh hati adalah ketika ia ringan tangan berbagi, jika puasanya baru
sampai hanya ketingkat perut maka dia tidak akan pernah membuat murah hati untuk
berbagi kepada orang lain, maka nilai berbagi, bisa dibawa sampai keluar bulan Ramadhan.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Ketiga, Memakmurkan Masjid.
Amalan yang terus akan
kita bawa sampai ke bulan Syawwal, sampai kepada kematian tiba, yaitu 30 malam
kita ramaikan sholat tarawih, selesai itu, sholat tahajjud ditutup dengan witir.
Maknanya adalah kita diajarkan untuk memakmurkan masjid, karena masjid ketika di bulan Ramadhan ramai hiruk pikuk dengan
suara tasbih, takbir tapi ketika berakhir Ramadhan masjid pun kembali sepi
sunyi, karena keberhasilan Ramadhan bukan berarti ramai masjidnya di malam-malam
Ramadhan, berhasil Ramadhan bukan berarti ramai I’tikaf di 10 terkahir, namun
bukti keberhasilan Ramadhan adalah ketika masjid mampu di makmurkan dengan
sholat berjamaah. Nabi saw orang yang sangat lembut hatinya, sangat lembut lidahnya,
lembut tutur katanya tapi pada saat masjid kosong disitu Nabi saw tegas dan marah
bagi mereka yang tidak datang ke masjid, mereka biarkan masjid kosong. Kata
Nabi saw “aku akan membakar rumah mereka”. Dari Abu Hurairah ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda,
وَالَّذِى نَفْسِى
بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْتَطَبَ ، ثُمَّ آمُرَ
بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ، ثُمَّ
أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ
“Demi jiwaku yang ada
pada tangan-Nya, aku telah bermaksud memerintahkan untuk mengambilkan kayu
bakar, lalu dikumpulkan, kemudian aku memerintahkan adzan shalat untuk
dikumandangkan. Lalu aku memerintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang
berjama’ah, kemudian aku mendatangi orang-orang yang tidak shalat berjama’ah
lalu aku membakar rumah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
30 malam kaki kita
dijinakkan ke masjid, 30 malam kaki kita dipanggil untuk sholat taraweh, sholat
witir dan tadarus al-quran. Karena ini bagian dari memakmurkan masjid dan satu
diantara hamba Allah yang akan mendapatkan naungan di padang mahsyar nanti,
matahari sejengkal sampai di ubun-ubun kepala, saat itu tidak ada nanungan
dihadapan Allah, saat itu tidak ada yang bisa menolong, satu diantara yang mendapatkan
naungan itu adalah
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ
“Orang yang hatinya
tergantung dimasjid.”
Kalau hati tergantung
di masjid, badan boleh di toko, badan boleh di pasar, badan boleh di sawah,
badan boleh di kantor tapi saat seruan datang hayya ‘alaa sholah (mari
sholat), geliasah hati tidak sabar ingin datang menyambut panggialn adzan.
Oleh sebab itu mari
kita didik anak-anak kita yang sudah kita lanjutkan selama 30 hari 30 malam di bulan
Ramadhan dengan sholat berjamaah di masjid, sampai Nabi berkata : ‘seandainya
satu kampung itu membiarkan masjid kosong, dibangun dengan bangunan yang indah,
bangunan yang kokoh, ornament yang cantik tapi ternyata tidak di makmurkan dengan
sholat berjamaah maka satu kampung mereka akan dikutuk dan dikuasai setan’.
﴿اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ
الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ ۚ
أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ﴾
“Setan telah menguasai
mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (QS. Mujadilah : 19).
Tidak ada satu orang
pun menganggap setan sebagai kawan, setan adalah lawan, musuh tapi banyak
sekali orang-orang yang membiarkan pintu setan terbuka untuk menguasai dirinya,
bukan hanya menutupnya dengan istighfar, bukan hanya menutupnya dengan membaca اعوذ بالله, namun salah
satu menutup pintu setan adalah dengan memakmurkan masjid yaitu dengan datang
sholat berjamaah.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Keempat, Menyambung Silaturrahmi.
Sibuk selama 11 bulan,
sibuk dengan berbagai pekerjaan, tapi dibulan Ramadhan ini kita bertatap muka
hampir setiap malam dengan tetangga, sahabat, kerabat di masjid. Bertatap muka itu bukan
kedai cofee, bukan di kafe, bukan di mall, tapi bertatap muka dirumah Allah dalam
ibadah yang suci, bertatap muka itu di masjid sambil menikmati saat-saat bertahajjud,
berqiyamullail, beristighfar, bermunajat, mengulang khatam alquran. Oleh karena
itu silaturrahim ukhuwah islamiyah yang sudah terjalin, tetap dilanjutkan
dimasa yang akan datang.
Bagaimana dengan orang
yang Ibadahnya banyak, zakatnya banyak tapi
ia memutuskan tali silaturrahim, sampai-sampai Nabi saw mengatakan berdosa bagi
orang yang memutuskan tali silaturrahim.
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ
مُطْعِمٍ قَالَ إِنَّ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
قَاطِعٌ رَحْمٍ. رواه البخاري ، ومسلم ، وأبو داود ، الترمذي .
Dari Jubair bin Muth’im ra. dari Rasulullah
saw. Bersabda, “Tidak masuk surga pemutus silaturrahim.” (Bukhari,
Muslim, Abu Daud, dan At-Turmuzi).
Tidak ada nash yang
menyebutkan bulan khusus untuk menyambung silaturrahmi, karena silaturrahmi itu
terbuka sepanjang tahun, namun ketika ibadah tahajjud, witir, tarawih, khatam al-quran
dan puasa sudah banyak dilakukan, lalu diputuskan dengan tidak menyambung
silaturrahmi, maka ini terbengkalai dihadapan Allah dan pada hari yang fitri nan
suci, pada hari kembali kepada islam kita pun tak segan untuk mengulurkan tangan
berjabat tangan. Dari Al Bara’ bin ‘Azib, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ
يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua muslim
itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara
keduanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Ajal seseorang itu
sangat dekat, jika ajal itu tiba,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ
أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا
يَسْتَقْدِمُونَ
“Setiap umat mempunyai
ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan
sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” (QS. Al-Araf : 34). Justru dengan silaturrahmi janji Nabi saw dari
Abu Hurairah, Rasul saw bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Siapa yang suka
dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung
silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam silaturrahmi itu
memanjangkan umur, memurahkan rezeki. Syeikh Mutawalli Asy-sya’rowi dalam fatawa
alkubro mengatakan, makna umur bertambah adalah barokah, makna rizki
bertambah adalah barokah dan rezeki bertambah itu yang selalu kita minta kepada
Allah swt dalam doa.
اَللهُمَّ اِنَّا
نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى
الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ
“Ya Allah kami memohon
kepadaMu atas keselamatan agamaku,
kesejahteraan pada tubuhku, bertambahnya pengetahuanku dan keberkahan rizqiku.”
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Oleh sebab itu jangan
sampai kita putuskan silaturrahim, begitu pula dengan para sahabat, teman, tetangga
yang sudah mati mendahului kita, maka kita sambung dengan anak menantunya, kita
sambung silaturrahim dengan mereka datang kerumah, mereka kita ucapkan salam,
masalah dia tidak mau menjawab salam karena dia sakit hati jangan dihiraukan,
itu bukan urusan kita, urusan kita hanya memperbaiki ibadah, adapun urusan
orang lain biarlah itu menjadi urusannya dengan Allah swt, lembutkan hati kita
dengan mengulurkan tangan berjabat tangan, ringankan tangan, ringankan lidah
kita, dengan mengucapkan doa untuknya,
Satu hembusan nafas orang
beriman mengucapkan salam kepada saudaranya yang sudah meninggal dunia, meskipun
orangnya tidak dapat kita jumpai, keluarganya pun tidak bisa ditemui, maka jangan pernah pelit kita ucapkan doa kepada
mereka اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه hanya itu yang dapat menyatukan meraka, seperti
kita dengan Nabi saw berjarak lebih dari 8000 km, terpaut waktu pun dengan Nabi
saw lebih dari 1435 tahun lalu, tapi kita bisa didekatkan dengan doa saat kita
megucapkan اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ maka pada saat itu pun malaikat mngirimkan balasan. Dari Anas
bin Malik ra, berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَن صلَّى عليَّ صلاةً
واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ،
ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa yang
mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya
sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan
baginya sepuluh derajat (di surga kelak)” (HR. An-Nasa’i,
Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Maka salah satu yang dapat
menjaga keimanan kita adalah dengan menyambung tali siaturrahmi, orang yang hanya
memperbaiki hubungan dengan Allah tanpa memperbaiki hubungan dengan manusia,
ini adalah orang yang sombong, orang angkuh, orang takabbur dan orang yang
sombong tidak layak masuk surga. Dari Abdulloh bin mas’ud, Nabi saw bersabda,
لاَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk
surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong walau sebesar semut
kecil.” Lantas ada seseorang yang berkata,
إِنَّ الرَّجُلَ
يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً
“Sesungguhnya
seseorang sangat suka berpenampilan indah ketika berpakaian atau ketika
menggunakan alas kaki.” Nabi saw menjawab,
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ
يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sesungguhnya Allah
itu Jamiil (indah) dan menyukai keindahan. Yang dimaksud sombong adalah menolak
kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim).
Mari pagi ini kita
sudah tempelkan kening kita ke tanah lapang, kita sandarkan ke lantai masjid,
kita tempelkan ke tanah tempat asal diciptakan, tempat yang hina dan rendah,
maka pada saat ini kita minta kepada Allah hapuskanlah kesombongan dari dalam
hati ku, ringan tanganku tuk berjabat tangan, ringankan lidahku tuk mngucapkan
salam, jauhkan kesombongan ya Allah. Berlindunglah kepada Allah dijauhkan dari
sifat karena orang sombong akan dijerumuskan kedalam kobaran api neraka,
nau’dzubillah.
Sholat taraweh selama 30
malam, tadarrus al-quran khatam, melakasanakan qiyamullail bahkan sampai itikaf
10 terakhir, tidak akan mampu menghapuskan dosa kita antar sesama manusia, kecuali
dosa kita kepada Allah swt yang dihapus.
اِنَّ اللّٰهَ لَا
يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ
وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang
besar.” (QS. An-Nisa : 48).
Nabi Muhammad saw saja
yang ma’shum tidak berdosa yang dijamin masuk surga tapi beliau tetap naik ke
atas mimbar masjid Nabawi, seraya berkata ‘siapa yang pundaknya pernah aku
cambuk saat aku mencambuk kuda, lalu ujung cambuk itu mengenai pundaknya, dan aku
tidak tau, tapi ia mearasa sakit dan ia tidak tuntut balasa karena ia segan
kepadaku karena aku Nabi, maka ini pundakku silahkan cambuk.’ Siapa yang
hatinya pernah tersinggung, tutur kata ku kasar, ucapanku menyinggung
persaannya, ini harga diri Muhammad silahkan balas, dan siapa yang pernah punya
hutang piutang maka akan aku lunasi.
Apa maknanya.? dosa kepada
manusia tidak dapat dihapuskan dengan taubatan nasuha, namun sambung
silaturrahim, itulah salah satu jalannya. Namun kalau tidak diperbaiki dosa
antar sesame manusia, inilah yang disebut Nabi orang muflis (bangkrut) pada hari
kiamat,
أَتَدْرُونَ مَنِ
الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا
وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ
حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ
يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ
فِي النَّارِ
“Apakah kalian tahu
siapa muflis (orang yang pailit) itu?” Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang
yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”
Tetapi Nabi saw
berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada
hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia)
dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan
darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi
pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka
dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke
dalam neraka” (HR. Muslim).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Kelima, Lestarikan
Majlis Ilmu.
Selama Ramadhan kita sering
menghadiri masjlis-majlis ilmu bahkan dalam satu masjid ada yang sampai lima
pengajian, kajian shubuh, kajian zhuhur, kajian ashar, kajian berbuka, kajian
abis sholat isya, bahkan kajian dhuha, kajian i’tikaf di 10 terakhir. Makannya,
berakhirnya Ramadhan pengajian seperti ini terus dilestarikan, janji Rasulullah
bagi orang yang rajin hadiri pengajian.
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ
الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
”Barang siapa yang
keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Tirmidzi).
Dengan pengajian dapat
menyelamatkan umat dari fanatisme madzhab, dapat menyelamatkan dari kebodohan,
kejahilan adalah dengan menuntut ilmu, maka terus ramaikan majlis-majlis ilmu
diluar bulan Ramadhan. Dalam hadits Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ
فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan
satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan
dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut
(membanggakan) mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
Majlis ilmu diramaikan
namun juga ilmu harus diamalkan karena ilmu yang tidak diamalkan dia akan
meminta pertanggungjawaban dihadapan Allah swt.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Syawwal berarti
peningkatan, Syawwal berati istiqomah, Syawwal berarti ada yang lebih baik. kalau
ada orang-orang yang mengatakan Ramadhan berat, tapi Syawwal jauh lebih berat,
banyak yang sanggup sholat malam di Ramadhan, tapi tidak banyak sanggup
melanjutkannya di bulan Syawwal, banyak yang sanggup melaksanakan puasa di
bulan Ramadhan karena orang lain pun puasa tapi tidak banyak yang sanggup
melaksanakan puasa sunah di bulan Syawwal, banyak yang sanggup berdzikir,
bertasbih, bertahmid dan membaca al-quran di bulan Ramadhan tapi tidak banyak yang
sanggup melanjutkan itu seperti bulan Ramadhan, makanya jangan sampai kita
termasuk orng-orang yang lalai
Ada ucapan sahabat
Nabi saw yang sangat layak dan baik dijadikan standar ukuran dan jangan pernah
merasa berhasil dibulan Ramadhan, dengan amal yang bertumpuk tapi ukurlah apa
yang terjadi setelah Ramadhan.
مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ
خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو
مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون
“Barangsiapa yang hari
ini lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung.
Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang
merugi. Barangsiapa yang hari ini lebih jelek daripada hari kemarin maka dia
terlaknat.” (HR. Baihaqi).
Semoga
kita diberikan kekuatan untuk tetap istiqomah dalam beribadah dan melestarikan
nila-nilai amal sholeh setelah Ramadhan ini, hingga bertemu dengan Ramadhan
tahun yang akan datang. Amiin ya Robbal Alamin.
”Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M Mohon
Maaf Lahir Batin.”
مِنَ
الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ فِيْ كُلِّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ. جَعَلَنَا
اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ،
وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْم