Khutbah Jumat (Edisi 163 Tema : “3 KESELAMATAN DUNIA AKHIRAT (Part.1)”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 163 Tema :
“3 KESELAMATAN
DUNIA AKHIRAT (Part.1)”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ ASY-SYAKIRIN Thamrin City Jakarta. Jumat,
18 Oktober 2024 M/15 R. Tsani 1446 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Hidup
di dunia ini yang kita cari adalah selamat, apa saja yang penting selamat,
terkadang kita menjumpai tetangga kecelakaan, yang ditanya orangnya selamat apa
tidak, ternyata nyawanya selamat, rasanya bahagia melihat nyawanya selamat
karena yang paling utama adalah keselamatan. Bahkan saking pentingnya
keselamatan kita sering berdoa minta keselamatan dunia akhirat.
اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى
الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى
الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً
بَعْدَ الْمَوْتِ.
"Ya
Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keselamatan dalam beragama,
kesehatan badan, limpahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datangnya
maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya
maut."
اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ
الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ
"Ya
Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, berikanlah kami
keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat hisab"
Karena
itu, bagi seseorang ada 3 keselamatan yang harus dijaga dan dipelihara :
Pertama,
سلامة الجسد (Keselmatan Jasad).
Jasad
biar selamat, dijaga terus agar badan kita sehat, bahkan baginda Rasul pun mendefinisikan
orang yang mati syahid itu adalah orang yang mempertahankan harta, jiwa dan nyawanya.
عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى
الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ
دُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Dari
Sa’id bin Zaid, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Siapa yang dibunuh karena
membela hartanya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela keluarganya
maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela darahnya atau karena membela
agamanya, ia syahid.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i).
Nyawa
itu mahal, maka kita wajib mempertahankannya apabila dizholimi orang lain, jika
ada orang yang KDRT padahal keadaannya sudah lemah, dalam islam harus mempertahankan
diri dan nyawanya karena nyawa itu mahal bahkan dikutuk oleh Allah kalau ada orang
ingin bunuh diri, karena frustasi menghadapi kehidupan yang serba susah sehingga
ia minta dicabut saja nyawanya, maka dilarang dalam islam karena nyawa itu mahal.
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ
كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا ٢٩
“Janganlah
kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa : 29).
وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ عُدْوَانًا وَّظُلْمًا
فَسَوْفَ نُصْلِيْهِ نَارًاۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا ٣٠
“Siapa
yang berbuat demikian dengan cara melanggar aturan dan berbuat zalim kelak Kami
masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An-Nisa : 30).
Rasulullah
saw bersabda,
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa
yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya
kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Cara
untuk selamatkan jasad adalah dengan قلة الطعام (sedikit makan), Allah sudah perintahkan kita
tetap makan dan minum namun jangan berlebihan karena Allah tidak menyukainya.
۞ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا
تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَࣖ ٣١
“dan
makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan.”
(QS. Al-A'raf : 31).
Kisah
Tabib Yahudi di masa Rasulullah saw yang buka klinik di Madinah.
Pada
suatu hari, Rasulullah saw kedatangan tamu seorang tabib Yahudi yang datang
dari Palestina. Ia minta izin untuk buka praktik di kota Madinah. Rasulullah
pun mengizinkan. Tabib Yahudi itupun mulai buka praktik. Tapi, satu bulan
kemudian ia kembali datang menemui Rasulullah, kali ini untuk permisi pulang ke
negerinya.
Rasulullah
pun tak dapat menyembunyikan keheranannya. “Kenapa Anda begitu cepat
meninggalkan kota ini, apa ada yang kurang menyenangkan di sini?,’’ tanya
Rasulullah. “Tidak, Tuan. Semuanya baik-baik saja. Bahkan penduduk kota ini
sungguh sangat menyenangkan,” kilah sang tabib.“ Lalu, apa yang menjadi
masalahnya?,” desak Rasulullah.
Sang
tabib berterus terang, bahwa ia ingin cepat pulang ke negerinya karena selama
satu bulan buka praktik di Madinah tak satupun warga kota yang datang untuk
berobat padanya. Padahal, di negerinya ia termasuk tabib pakar yang terkenal
dan banyak pasiennya.
Kemudian
ia melanjutkan ceritanya. “Karena penasaran, saya pun berkeliling kota masuk
kampung keluar kampung untuk mencari pasien yang sakit. Tapi, tak satupun saya
jumpai orang sakit untuk saya obati. Saya merasa heran, seluruh warga kota
dalam keadaan sehat wal’afiat. Belum pernah saya dapatkan kota dengan seluruh
penduduknya yang sehat seperti di kota Madinah ini,” ujarnya panjang lebar.
“Lalu,
saya bertanya kepada penduduk yang saya jumpai, apa rahasianya sehingga mereka
hidup nyaris sehat sempurna?” lanjut sang tabib. “Lantas, apa jawaban mereka?,”
Tanya Rasulullah. Mereka menjawab: “Kami adalah kaum yang tidak (akan) makan
sebelum datang lapar. Dan apabila kami makan, tidak (sampai) kekenyangan.
Begitulah jawab mereka, Tuan,” jelas sang tabib Yahudi itu kepada Rasulullah.
Mendengar
cerita tabib tersebut, Rasulullah berkomentar, “Sungguh benar apa yang mereka
katakan kepada tuan,” ujar Rasulullah seraya menyatir sebuah hadits, “Lambung
manusia itu tempatnya segala penyakit, sedangkan pencegahan itu pokok dari
segala pengobatan”. (HR. Ad-Dailami).
Pantas
saja Nabi saw memperingati kita, kalau ingin punya badan sehat itu dengan قلة الطعام
(sedikit makan). Makanlah dalam keadaan lapar, kemudian berhenti makan sebelum
kenyang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw bersabda:
عَنِ المِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيْكَرِبَ قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَا مَلَأَ
آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ
صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ
وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
Dari
Al-Miqdam bin Ma’dikarib ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw
bersabda, “Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut
keturunan Adam. Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan
tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga
untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.”
(HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).
Senada
pendapat Imam Ays-Syafi’I rahimanullah mengatakan :
Abu
‘Awanah Al Isfiroyaini berkata bahwa Ar Robi berkata bahwa ia mendengar Imam
Asy Syafi’i berkata,
مَا شَبِعْتُ مُنْذُ سِتَّ عَشْرَةَ سَنَةً
إِلَّا مَرَّةً، فَأَدْخَلْتُ يَدِي فَتَقَيَّأْتُهَا
“Aku
tidaklah pernah kenyang selama 16 tahun kecuali sekali. Ketika kenyang seperti
itu aku memasukkan tanganku (dalam mulut) agar aku bisa memuntahkan (makanan di
dalam).”
Ibnu
Abi Hatim dari Ar Robi’ menambahkan (perkataan Imam Syafi’i),
لأَنَّ الشِّبَعَ يُثْقِلُ الْبَدَنَ ،
وَيُزِيلُ الْفِطْنَةَ ، وَيَجْلِبُ النَّوْمَ ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ
الْعِبَادَةِ
“Karena
yang namanya kenyang membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras,
kecerdasan berkurang, lebih banyak tidur dan malas ibadah.” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 36).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Niatkan
makan itu karena taqwa kepada Allah swt, maka :
(1).
Tidak akan berani makan kecuali yang halal dan akan tinggalkan yang haram. firman
Allah swt.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي
الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا
“Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi” (QS. Al-Baqarah : 168).
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Hai
rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thoyyib (yang baik), dan kerjakanlah
amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mu’minun: 51).
Dari
Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ
أَوْلَى بِهِ
“Siapa
yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka lebih pantas
untuknya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al Hakim).
(2).
Makanlah dengan cara Nabi saw dengan :
(a).
Awali dengan Bismillah. Dari ‘Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ
اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى
أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Apabila
salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah
Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia
mengucapkan: ‘Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal
dan akhirnya)’. (HR. Abu Dawud).
Dari
Hudzaifah, Nabi saw bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ
لاَ يُذْكَرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ
“Sungguh,
setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya.” (HR. Muslim).
Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ
بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap
perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan
tersebut terputus berkahnya.”
(HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’).
(b).
Tangan kanan.
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ
بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ
يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ
“Jika
seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan
kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena
setan makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim).
(c).
Makan dari sisi luar (pinggir), tidak dari Tengah. Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi saw bersabda,
إِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ
فَكُلُوا مِنْ حَافَتَيْهِ وَلاَ تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهِ
“Barokah
itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah makan dari pinggirnya dan
jangan memulai dari tengahnya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Jaga
badan kita, jaga perut kita agar selamat, sebuah riwayat menyebutkan
أصل كل داء البردة وأصل كل دواء الازمة يعنى
الجوع
“Pangkal
segala penyakit adalah terlalu kenyang dan pangkal segala obat adalah lapar”
Riwayat
lain Nabi saw bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ
مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يُلْقِىَ فِى أَنْفُسِكُمَا شَيْئًا
“Sesungguhnya
setan mengalir dalam diri manusia melalui pembuluh darahnya. Aku benar-benar
khawatir ada sesuatu prasangka jelek yang ada dalam diri kalian berdua.” (HR. Bukhari).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan