Khutbah Jumat (Edisi 188) Tema : “PETAKA KETIKA UMAT ISLAM JAUH DARI ULAMA”
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 188) Tema :
“PETAKA KETIKA UMAT ISLAM
JAUH DARI ULAMA”
Oleh : Nur Anwar
Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ NURUL ISLAM ISLAMIC CENTER. Jumat, 07
Nopember 2025 M/16 J. Awal 1447 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Masih terngiang ditelinga dan mata kita betapa
media sosial telah menyudutkan, menghina & menjelekkan ulama, mereka lupa
bahwa ulama itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, mereka orang yang Allah
pilih sebagai pembawa cahaya ilmu dan tidak akan pernah sama dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak berilmu. Firman Allah swt
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الْأَلْبَابِ
“Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (Q.S. Al-Zumar : 09).
Ulama juga
sosok orang yang selalu takut kepada Allah swt, dunia ini dijauhi dari azab dan
malapetaka sebab kedekatan ulama kepadaNya.
إِنَّمَا يَخْشَى
اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Di antara
hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya
Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Fathir
: 28).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Maka menjadi petaka
besar ketika umat menjauh dari ulama :
Pertama, Menuju
Jurang Kehancuran.
14 abad lampau
Rasulullah saw telah berpesan akan terjadi musibah besar ketika umat ini menjauh
dari ulama, disebutkan dalam kitab Nashaihul ‘Ibad. Rasulullah saw,
bersabda:
سَيَأْتِي زَمَانٌ
عَلَى أُمَّتِي يَفِرُّونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيهِمُ
اللَّهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ أُولَاهَا يَرْفَعُ اللَّهُ الْبَرَكَةَ مِنْ
كَسْبِهِمْ وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا
وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُونَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيمَانٍ
“Akan datang suatu masa atas umatku, di mana
mereka akan lari dari para ulama dan fuqaha. Ketika itu terjadi, maka Allah
akan menguji mereka dengan tiga macam bencana. Pertama, Allah akan mengangkat
keberkahan dari pekerjaan mereka. kedua, Allah akan mengangkat penguasa zalim
untuk mereka. ketiga, mereka anak keluar meninggalkan dunia ini tanpa membawa
keimanan.” (al-hadits).
Menjauh saja
dari ulama akan terjadi malapetaka besar, apalagi menghinanya, mengolok-oloknya,
mencacinya atau mengkomersilkannya. Jangan lupa, ulama itu adalah pewaris para
Nabi, pelita dunia, pakunya bumi tercinta Indonesia, penjaga moral bangsa,
pembawa cahaya agar umat manusia selamat dari kegelapan, gelapnya kebodohan dan
gelapnya hari kiamat. Jika berani melecehkan ulama sama saja sudah berani
melecehkan para Nabi. Rasulullah saw bersabda:
إن الْعُلُمَاءُ
وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا
وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَاوَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan
tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud dan
Ibnu Majah).
Begitu juga wafatnya
saja ulama akan terjadi malapetaka besar, dicabutlnya ilmu dan tanda-tanda hari
kiamat. Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ اللهَ لاَ
يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ
الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً
جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar
ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Justru kita
bersyukur dengan keberadaan para ulama di dunia ini karena mereka akan
mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah swt sehingga Rasulullah saw
mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya,
مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ
وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
“Sebagai
kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk
kejahatan.” (HR. Ibnu Majah).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, Jauh
dari Ulama Mati Su’ul Khotimah.
Sipapun orangnya
pasti menginginkan mati husnul khotimah dan tidak akan pernah mau mati dalam
keadaan su’ul khotimah, jauh dari dari ulama, benci terhadap ulama
dikhawatirkan akan meninggalkan dunia ini tanpa iman. Imam Ibnu Asakir telah
berpesan,
اعْلَمْ يَا أَخِي
وَفَّقَك اللَّهُ وَإِيَّانَا، وَهَدَاك سَبِيلَ الْخَيْرِ وَهَدَانَا أَنَّ
لُحُومَ الْعُلَمَاءِ مَسْمُومَةٌ. وَعَادَةَ اللَّهِ فِي هَتْكِ مُنْتَقِصِهِمْ
مَعْلُومَةٌ، وَمَنْ أَطْلَقَ لِسَانَهُ فِي الْعُلَمَاءِ بِالثَّلْبِ بَلَاهُ
اللَّهُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِمَوْتِ الْقَلْبِ {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ
عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
[النور: 63]
“Ketahuilah
wahai saudaraku, semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan menunjukkan
jalan kebaikan! Bahwasanya daging para ulama itu beracun. Dan balasan Allah
terhadap orang yang merobek kehormatan mereka sudah jelas. Barangsiapa yang
mengumbar lisannya terhadap ulama dengan tuduhan keji dan celaan maka Allah
akan menurunkan bencana baginya sebelum ia mati dengan dimatikan hatinya.
(Allah swt berfirman), “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah
Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (Ibnu Hajar
al-Haitami, Az-Zawajir ‘an Iqtirofil Kabair, [Darul Fikr, 1987], juz I, hal.
187).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketiga, Dicabutnya
Keberkahan.
Negara Republik
Indonesia disebut sebagai tanah surga, negara dengan segudang kekayaan darat
dan lautannya dan negara yang memiliki 17.00an pulau ini akan hilang
keberkahannya sehingga berbalik menjadi negara yang paling terkorup di dunia,
diwarisi hutang yang turun temurun, rakyat jauh dari kemakmuran, biaya hidup
mahal, moral bangsa semakin terpuruk, jauh dari kata berkah.
Maka, jika ulama
yang membawa cahaya kalamulloh itu dicintai, dihargai, dihormati secara otomatis
bumi pertiwi tercinta ini akan selalu bercahaya, bersinar dan menyala sepanjang
hayat dengan iman dan taqwa sedagai landasan berbangsa dan bernegara. Pesan Allah
swt.
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ
ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ
وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ
“Dan
sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96).
Allah swt
berfirman,
وَضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا
مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ
الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan Allah
telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu
mereka perbuat” (QS. An Nahl: 112).
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ
رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
“Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri,
tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka
adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An Nahl: 113).
Kunci agar anak cucu sukses adalah cintai
alim ulama. Pesan Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, beliau salah satu ulama terkemuka
abad kelima dalam salah satu kitab akhlaknya mengutip gurunya yang mengatakan:
مَنْ أَرَادَ أَنْ
يَكُوْنَ اِبْنُهُ عَالِمًا يَنْبَغِي أَنْ يُرَاعِي الْغُرَبَاءَ مِنَ
الْفُقَهَاءِ وَيُكْرِمُهُمْ وَيُعَظِّمُهُمْ وَيُعْطِيْهِمْ شَيْئًا فَاِنْ لَمْ
يَكُنْ اِبْنُهُ عَالِمًا يَكُوْنُ حَافِدُهُ عَالِمًا
“Barangsiapa yang menghendaki anaknya
menjadi orang alim (berilmu), maka hendaklah ia menghormati ahli agama dari
kalangan fuqaha, memuliakan, mengagungkan, dan memberi mereka hadiah (dari
hartanya). Jika anaknya tidak menjadi orang berilmu, maka cucunya yang akan
menjadi orang berilmu.” (Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum,
Dar Ibnu Katsir: 2014, halaman 55).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan



.jpeg)






