Tahlil Malam Ke 7 Tema : “Gurumu Orang Tuamu Dalam Agama”
kematian
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Tahlil Malam Ke 7 Tema :
“Gurumu Orang Tuamu Dalam Agama”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi.
(alm)
Guru H. Moch. Usman bin H. Qolbi adalah Guru
ngaji lekar dari tahun 1980 s.d. 2023 (43 th) dari mulai pakai pelita (lampu
tempel) sampai adanya listrik. Beliau juga megisi majlis-majlis talim di
beberapa masjid diantaranya masjid kp. Lagoa
dan masjid ijo Kp. Bogor Sero Tarumajaya. Kebaikan Almarhum menjadi sorang guru
sangat banyak sebagai bukti pahalanya yang terus mengalir. Dianataranya :
Pertama,
Guru Itu Orang Tua Idiologis.
Tiga amal yang pahalanya terus mengalir saat
kita meninggal dunia. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw
bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).
Hadits ini sangat tepat sekali disandingkan
untuk almarhum karena dari tiganya telah almarhum miliki. Nabi pun pada redaksi
hadits ini menggunakan kata وَوَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “do’a anak yang sholeh” karena kata وَلَدٍ “anak” itu mencakup anak
biologis dan idiologis, jika dihitung anak idiologis almarhum sudah tidak akan
sanggup menghitungnya karena begitu sangat banyak yang telah diajarkannya.
Dan sangat berbahagilah mati membawa pahala
yang terus mengalir, ribuan santri turut mengiringi doa sampai ke liang kubur
sampai ke surgaNya, bangga menjadi bagian mewarisi misi kenabian karena Nabi
saw pun diutus keduinia ini adalah menjadi seorang guru. Nabi saw bersabda
إِنَّمَا
بُعِثْتُ مُعَلِّمًا
"Sungguh, aku hanya diutus
sebagai muallim (guru/pengajar)”. (HR.Ibnu Majah).
Rentan waktu yang sangat panjang sampai 43
tahun dengan sabar, telaten dan penuh dengan keikhlasan, huruf demi huruf
diajarkan, dari majlis taklim yang satu menuju majlis taklim berikutnya terus
dilakoninya, tak pantang menyerah hujan, gelap gulita hanya disinari pelita
tempel pun tetap mengajar dengan alat mengajar seadanya hanya meja lekar yang
penting para muridnya bisa membaca terutama mampu melantunkan ayat-ayat alquran
sebagai syarat sahnya sholat, karena dengan sholat yang benar semua amal
seseorang diterima disisiNya.
Dalam kitam تعليم
المتعلم طريق التعلم karangan الشيخ الزَّرَنْجِىْ menyebutkan
bahwa guru yang mengajarkan ilmu agama adalah أبوك فى الدين (bapak dalam kehidupan agamamu).
Bahkan yang paling diutamakan hak dan
kewajibanya setiap muslim adalah haknya kepada seorang guru begitu
juga memberikan hadiah adalah yang lebih diprioritaskan hadiah untuk guru. Imam
Ali كرم الله وجهه dalam syairnya
mengatakan,
رَأَيْتُ أَحَقَّ الْحَقِّ حَقَّ
الْمُعَلِّمِ وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمِ
“Aku yakin bahwa hak yang paling besar
adalah haknya seorang guru. Dan ini sangat wajib untuk di jaga oleh setiap
orang muslim.”
لَقَدْ حَقَّ أَنْ يُهْدَى
إِلَيْهِ كَرَامَةً لِتَعْلِيْمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ أَلْفُ دِرْهَمِ
“Sungguh, seorang pelajar berhak memberi
hadiah kepada guru sebagai bentuk memuliakannya karena telah mengajarkan satu
huruf, guru berhak diberi hadiah seribu Dirham.”
فَإِنْ مَنْ عَلَّمَكَ حَرْفًا
وَاحِدًا مِمَّا تَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِى الدِّيْنِ فَهُوَ أَبُوْكَ فِى الدِّيْنِ
“Karena sesungguhnya orang yang telah
mengajarimu satu huruf ilmu yang kamu butuhkan dalam agama, maka sunguh ia
adalah ayahmu dalam agama.”
Begitu juga tuan guru الشَّيْخُ اْلاِمَامُ سَدِيْدُ الدّيْنِ الشَّيْرَازِىْ dari
gurunya berkata :
مَنْ اَرَادَ اَنْ يَكُوْنَ
ابْنُهُ عَالِمًا فَيَنْبَغِىْ اَنْ يُرَا عِىَ الْغَرْبَاءَ مِنَ الْفُقَهَاءِ
وَيُكْرِمَهُمْ وَيُعَظِّمَهُمْ وَيُعْطِيَهُمْ شَيْئًا. فَإِنْ لَمْ يَكُنْ
اِبْنُهُ عَالِمًا يَكُوْنُ حَافِذُهُ عَالِمً
“Barang siapa yang menghendaki anaknya bisa
‘alim (mengetahui ilmu-ilmu agama secara mendalam), maka sebaiknya memelihara,
memuliakan, mengagungkan, dan memberikan hadiah kepada ahli agama yang ghuraba’
(tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya.). Kalaulah tidak anaknya yang ‘Alim,
maka akan turun ke cucunya yang alim”.
Satu kisah dari الشَّيْخُ اْلاِمَامُ اْلاَجَلُّ شَمْسُ اْلاَئِمَّةِ
الْحُلْوَانِىْ karena suatu
peristiwa yang menimpa dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari negeri
Bukhoro kesuatu pedesaan. Semua muridnya berziarah kesana kecuali satu Syaikhul
lmam Al-Qadhi Abu Bakar Az-Zarnujiy. Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau
bertanya :
لِمَاذَالَمْ تَزُرْنِىْ؟ فَقَالَ
كُنْتُ مَشْغُوْلاً بِخِدْمَةِ الْوَالِدَةِ. قَالَ تُرْزَقُ الْعُمْرَ وَلاَ
تُرْزَقُ رَوْنَقَ الدَّرْسِ وَكَانَ كَذلِكَ فَإِنَّهُ كَانَ يَسْكُنُ فِىْ
اَكْثَرِ اَوْقَاتِهِ فِىْ الْقُرى وَلَمْ يَنْتَظِمْ لَهُ الدَّرْسُ
“Kenapa engkau tidak menziarahiku? Jawabnya :
“Maaf tuan guru, saya sibuk merawat ibuku” beliau berkata: “Engkau dianugrahi
panjang usia, tetapi tidak mndapat anugerah buah manis belajar.” Dan ternyata
hal itu benar-benar terjadi, dimana sebagian besar waktunya, Asy-Syaikh
Az-Zaranjiy lebih banyak tinggal dipedesaan yang membuatnya kesulitan dalam
belajar. Lalu الشيخ الزَّرَنْجِىْ berkata
:
فَمَنْ تَأَذَى مِنْهُ
اُسْتَاذُهُ يُحْرَمُ بَرْكَةَ الْعِلْمِ وَلاَ يَنْتَفِعُ بِه اِلاَّ قَلِيْلاً
“Barangsiapa melukai hati seorang
gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit manfaatannya.”
اِنَّ الْمُعَلِّمَ وَالطَّبِيْبَ
كِلاَهُمَا لاَ يُنْصِحَا نِ اِذَاهُمَا لَمْ يُكْرَمَا
“Sesungguhnya guru dan dokter, keduanya
tidak dapat memberikan nasehat jika keduanya tidak di hormati”
فَاصْبِرْ لِدَائِكَ اِنْ
جَفُوْتَ طَبِيْبَهَا وَاقْنَعْ بِجَهْلِكَ اِنْ جَفَوْتَ مُعَلِّمَا
“Maka bersabarlah menahan rasa sakitmu jika
kamu mengabaikan saran dokter dan terimalah kebodohanmu jika kamu membangkang
kepada guru.”
Kedua, Sebaik-baik Guru. Sabda Rasulullah saw
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ
اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang
yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).
Keutamaan mengajarkan ilmu mendapatkan pahala
yang terus mengalir tanpa henti. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al-Anshari ra,
ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ
مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan
maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).
Ketiga, Dimudahkan Jalan Masuk Surga. Rasulullah saw bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ
فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk
menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Jika kita ingin mudah masuk surga, lakukan
yang kita bisa dengan memakmurkan rumah-rumah yang mengajarkan al-quran baik
dengan berwakaf al-quran, wakaf sarana prasarana dan segala kebutuhan didalam
mempelajari al-quran maka itu akan mempermudah kita masuk dalm surga Allah swt.
Beberapa kebaikanya yg sudah di
sebutkan di malem ke tiga..
1. Guru ngaji lekar dari tahun 1980
s.d. 2023 (43 th) dari mulai pakai pelita sampai ada listrik
2. Ngisi talim di beberapa masjid
salah satu nya masjid lagoa dan masjid ijo bogor
3. Jadi amil di desa
4. Mesantren selama 7 tahun di ponpes
azziyadah sampai jadi santri kesayangan kiyai dan di angkat sebagai bendahara
pondok.
5. Suka ziarah ke makam2 wali / kiyai
setiap bulannya baik yg jauh maupun yg dekat
6. Menjadi panutan buat keluarga