√ Khutbah Jumat (Edisi 119) Tema : “MAAFKAN KESALAHAN ORANG LAIN”

Khutbah Jumat (Edisi 119) Tema : “MAAFKAN KESALAHAN ORANG LAIN”

Agustus 24, 2023

Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 119) Tema :

“MAAFKAN KESALAHAN ORANG LAIN”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ AL-FALAH Pengasinan Kota Bekasi. Jumat, 25 Agutus 2023 M/08 Shofar 1445 H.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله

Dalam hidup bersosial kita pasti akan berinteraksi dengan banyak orang lain terkadang merasa nyaman, enak dan bisa membuat kita tersenyum bahagia namun tidak sedikit pula bisa membuat kita sakit hati, dizholimi bahkan demdam membara yang mengharuskan kita memaafkan kesalahan orang tersebut.

Memang sangat berat bisa memaafkan kesalahan orang lain tapi itulah perintah Allah dalam kitabNya.

وَلۡيَـعۡفُوۡا وَلۡيَـصۡفَحُوۡا‌ ؕ اَلَا تُحِبُّوۡنَ اَنۡ يَّغۡفِرَ اللّٰهُ لَـكُمۡ‌ ؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

"Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Annur : 22).

Tujuan hidup kita itu untuk beribadah dan mengingat Allah swt bukan untuk mengingat kesalahan orang lain sebagaimana kita juga ingin dimaafkan Allah maka banyak-banyaklah memaafkan orang lain. Ada 3 langkah posistif yang bisa kita lakukan agar kita bisa memafkan kesalahan orang lain.

Pertama, Maafkan Kesalahannya dan Doakan Yang Baik.

Sifat yang sangat mulia didiri Rasululloh saw saat disakiti, dihina, dizholimi bahkan diusir beliau memaafkan dan mendoakannya, Ketika Nabi saw berhijrah ke Thoif dengan kondisi psikis yang berduka karena telah ditinggal wafat oleh pamannya Abu Tholib yang selalu menjadi benteng serangan kafir quraisy dalam dakwahnya kemudian menyusul wafat istri tercintanya Siti Khodijah, dengan akhlak Nabi saw yang sangat agung ketika malaikat Jibril datang menawarkan bantuan, dalam riwayat Imam Bukhori dan Muslim disebutkan :

“Ternyata ada Malaikat Jibril AS, lalu ia memanggilku dan berseru, ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah ‘azza wa jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka.’ Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Al-Akhsyabain (dua gunung besar yang ada di kanan kiri Masjidil Haram).

Lalu Rasulullah saw menjawab, “Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Itulah Rasulullah saw disakiti malah didoakan, sifat Nabi saw ini sesuai perintah Allah swt,

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

“Maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40).

Rasulullah saw memberikan wasiat pada Jabir bin Sulaim,

وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

“Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Kedua, Pemaaf Itu Ciri Orang Bertaqwa.

Untuk bisa meraih derajat taqwa adalah memiliki sifat pemaaf, karena Allah swt sangatlah mengetahui bahwa memaafkan kesalahan orang lain itu adalah perbuatan yang sangat berat dilakukan seorang manusia, beratnya perbuatan itu akan memperoleh balasan surga yang sangat luas bahkan lebih luas dari langit dan bumi. Dan surga itu Allah siapkan untuk orang yang bertaqwa yang memiliki sifat pemaaf. Firman Allah swt

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron : 133-134).

Adab yang diajarkan dalam Al Qur’an pun adalah membalas setiap tingkah laku jelek dari orang lain dengan kebaikan. Dan siapa yang bisa melakukan hal ini, sungguh ia benar-benar memiliki sifat sabar. Allah swt berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35).

Ketiga, Tutup Aibnya.

Betapapun beratnya masalah yang sedang kita hadapi, sebesar apapun benci kita kepadanya dan semarah apapun dengannya, membuka dan membeberkan aib sesama muslim adalah perbuatan yang tidak diajarkan dalam agama islam, justru Rasulullah saw menyuruh kita agar menutupinya biar kelak di akhirat aib kita Allah swt yang akan menutupinya pula. Bukan hanya aibnya kita tutupi tetapi kita mudahkan kesulitan-kesulitannya karena pertolongan Allah swt akan selalu datang untuk orang-orang yang selalu menolong saudaranya. Dari Abu Hurairoh ra, Rasulullah saw bersabda :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمـِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فيِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

“Siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mu’min dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan nanti di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Janganlah kita sibuk membicarakan aib orang lain belum tentu pula aib kita lebih banyak dari pada aib orang yang kita bicarakan. Membicarakan aib orang lain tanpa ada kepentingan sama sekali bisa dihukumi sebagai ghibah karena ghibah itu adalah membicarakan aib orang lain dan jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya. Allah swt dalam al-quran sangat melarang perbuatan ghibah dan menggunjing aib orang lain. firmanNya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12).

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله

Mari kita berusaha agar bisa memaafkan kesalahan orang lain, sifat pemaaf adalah sifat Allah swt. Allah saja selalu memaafkan dan mengampuni kesalahan dan dosa hambaNya walaupun dosa yang dilakukan lebih banyak dari buih di lautan asalkan hambaNya mau bertaubat dan menyadari kesalahannya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

uanuan