Khutbah Jumat (Edisi 186) Tema : “66 Murid Wafat Tertimpa Reruntuhan, Syahidkah atau Tabungan di Surga.?”
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 186) Tema :
“66 Murid Wafat Tertimpa
Reruntuhan, Syahidkah atau Tabungan di Surga.?”
Oleh : Nur Anwar
Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ AL-ARQOM Pesona Anggrek Kota Bekasi. Jumat, 10
Oktober 2025 M/18 R. Akhir 1447 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Indonesia berduka terutama kaum muslimin diseluruh antero
nusantara menyaksikan setiap saat di media sosial betapa terhenyutnya hati ini
melihat para santri tertimbun reruntuhan ambruknya gedung musholla di Ponpes
Al-Khoziny yang menewaskan 66 muridnya sehingga senin 06 Oktober 2025
dihentikan pencariannya.
Untuk kita orang yang beragama islam tentunya dapat
melihat dari sisi lainnya yaitu ada campur tangan Allah swt saat menjemput ajal
para santri dengan caraNya karena setiap orang mati itu banyak sebabnya, ada
yang mati terkena wabah, reruntuhan, tenggelam, kecelakaan, terbakar,
terpeleset, sakit menahun tak kunjung sembuh dan banyak sebab-sebab lainnya
termasuk penyakit tua atau pikun. Sabda Rasulullah saw
عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُثِّلَ ابْنُ آدَمَ وَإِلَى جَنْبِهِ تِسْعَةٌ
وَتِسْعُونَ مَنِيَّةً إِنْ أَخْطَأَتْهُ الْمَنَايَا وَقَعَ فِي الْهَرَمِ
Dari Mutharrif bin
Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari bapaknya, ia berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Telah diciptakan di dekat anak Adam sembilan puluh sembilan musibah (sebab
kematian). Jika dia tidak terkena semua musibah itu, dia pasti mengalami
ketuaan”. (HR Tirmidzi).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ambil hikmahnya, semua
yang telah digariskan Allah swt, pasti banyak pelajaran (ibroh) yang diberikan
Allah swt atas setiap musibah yang menimpa umat manusia di dunia ini. Diantara
ibroh besar dalam peristiwa ini adalah :
Pertama, Kematian Pasti Datang Secara Mendadak.
Siapapun orangnya
pasti akan bertemu dengan kematian, kematian itu pasti datang menjumpai setiap
yang bernyawa, tidak ada seorang pun yang tidak mati, tidak mungkin seseorang
lari dari kematian, tidak ada manusia yang hidup kekal abadi dan kematian datang
secara mendadak tidak bisa dihindari dari saipapun. Allah swt sudah pastikan
dalam ayatNya.
وَمَا جَعَلْنَا
لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ
“Kami tidak menjadikan
hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad).” (QS. Al Anbiya’: 34).
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ
الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah :
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
أَيْنَمَا تَكُونُوا
يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
Apapun sebab kematian
yang akan menjemput kita baik rasa sakit yang dideritanya ataupun tertimpa
reruntuhan sekalipun, itu semua akan menghapus dosa-dosa dan kesalahannya. Nabi
saw bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ
كَمَا تَحُطُّ
“Setiap muslim yang
terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya,
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah saw
bersabda,
مَا يُصِيبُ
الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ
يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
“Tidaklah seorang
mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh),
rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan
dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim).
Dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw,
مَا مِنْ شَىْءٍ
يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِى جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ
مِنْ سَيِّئَاتِه
“Tidaklah suatu
musibah menimpa jasad seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan
menghapuskan dosa-dosanya” (HR. Ahmad).
Karena semua manusia
tidak luput dari berbagai ujian dan cobaan, itu semua Allah siapkan untuk orang
yang beriman agar saat bertemu Allah swt sudah bersih tanpa punya dosa seperti anak
yang baru lahir. Nabi saw bersabda,
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ
بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى
اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Cobaan akan selalu
menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun
pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi).
Meskipun tidak bisa
pungkiri dan harus disadari bahwa setiap musibah itu juga tidak lepas dari
keteledoran tangan manusia yang kurang berhat-hati dan waspada bahkan bisa jadi
disebabkan dosa dan maksiat yang diperbuatnya sehingga Allah tegur kita dengan didatangkan
musibah. Allah swt berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ
مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa musibah yang
menimpa kalian tidak lain adalah disebabkan karena dosa yang kalian dahulu
perbuat. Dan Allah memaafkan kesalahan-kesalahan kalian tersebut. Dia bukan
hanya tidak menyiksa kalian, namun Allah langsung memaafkan dosa yang kalian
perbuat.” Karena memang Allah akan menyiksa seorang hamba karena dosa yang ia
perbuat. Sebagaimana Allah swt berfirman,
وَلَوْ يُؤَاخِذُ
اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ
“Dan kalau sekiranya
Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan
di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun” (QS. Fathir: 45).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, Mati Sedang
Mencari Ilmu.
Diantara tanda husnul khotimah adalah saat
mati sedang menuntul ilmu. Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Barr berkata :
قالَ الْحَافِظُ ابْنُ عَبْدِ البَرِّ رَحِمَهُ اللهُ
: "مَنْ ماتَ طَالِبًا لِلْعِلْمِ فَهُوَ مِنْ عَلَامَاتِ حُسْنِ الْخَاتِمَةِ".
لِأَنَّهُ مَاتَ عَلَى طَاعَةٍ عَظِيمَةٍ
“Siapa yang mati dalam keadaan menuntut ilmu,
maka ia berada dalam tanda husnul khatimah (mati yang baik) karena ia telah
mati dalam ketaatan yang sangat besar.” (Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid :
@almunajjid).
Ibadah terpanjang dan terus bernilai pahala
adalah menuntut ilmu karena kewajiban menuntut ilmu itu dari sejak ceprot perut
sang ibu sampai kematian menjemputnya, kata mutiara orang arab mengatakan,
اُطْلُبُوا
العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
“Carilah ilmu dari mulai buaian sampai masuk
lubang lahat”
Imam Ahmad pernah ditanya ketika rambutnya
sudah tampak memutih, diusia yang sudah tidak lagi muda, namun beliau tetap
selalu bersama alat-alat tulis, kertas dan tinta untuk mencari ilmu.
إِلَى مَتَى وَأَنْتَ مَعَ الْمِحْبَرَةِ
”Sampai kapan Engkau masih bersama dengan
wadah tinta?” kemudian
beliau menjawab,
مَعَ الْمِحْبَرَةِ إِلَى الْمَقْبَرَةِ
“Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur”.
Orang-orang yang sampai akhir hayatnya mati
sedang jalan mencari ilmu pasti Allah bukakan lebar-lebar pintu surga untuknya
dan dimintakan ampun oleh para malaikat. Dari Rasulullah saw bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَبْتَغِي فِيْهِ عِلْماً
سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريْقاً إِلَى الجَنَّةِ، وَإنَّ الملَاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضاً بِمَا يَصْنَعُ، وَإنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ
مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَإنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يَوَرِّثُوْا دِيْنَاراً
وَلاَ دِرْهَماً وَإنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ.
“Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari
ilmu, niscaya dengan hal itu Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan
sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayap-sayap mereka kepada pencari
ilmu sebagai keridhaan atas apa yang ia perbuat. Dan sesungguhnya penghuni
langit dan di bumi, sampai ikan-ikan di laut pun memohonkan ampun untuk
orang-orang yang berilmu. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas
ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang-bintang. Dan
sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi
itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Ahmad).
Dalam kitab المعجم الاوسط disebutkan bahwa Rasulullah
saw bersabda :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم: «مَنْ جَاءَ أَجَّلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لَقِيَ اللَّهَ
وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّينَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ
“Barang siapa yang ajal datang menjemputnya
sementara dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu dengan Allah dan
tidak ada di antara dirinya dan para Nabi kecuali derajat kenabian.” (HR. Ath-Thabrani).
Bahkan orang yang mati sedang mencari ilmu
masuk dikatagorikan mati syahid, karena dalam kitab Nihayatuz Zain,
karya Syaikh Nawawi al-Banteni dijelaskan, orang yang dianggap mati syahid ada
tiga macam : (1) Syahid dunia, jenis ini hanya mendapatkan perlakuan syahid di
dunia saja seperti orang yang mati dalam peperangan namun memiliki niat yang
tidak ikhlas karena Allah swt atau melakukan pengkhianatan hanya ingin
mendapatkan rampasan perang. (2) Syahid akhirat, jenis ini tidak mendapatkan
perlakuan syahid di dunia seperti mati karena sakit perut, wabah penyakit,
wabah covid, tenggelam, tertimpa reruntuhan, wanita melahirkan dan sedang
menuntut ilmu. (3) Syahid dunia dan akhirat, ini jenis mati syahid paling
tinggi seperti orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah (fi
sabilillah).
Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah saw bersabda,
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ
الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati
syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati
karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena
tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Ketiga, Tabungan Orang Tua di Surga.
Kebahagiaan yang paling bahagia saat orang tua
dijemput anaknya masuk kedalam surga, anaknya menunggu kedua orang tuanya di
akhirat kelak karena orang tuanya dengan sangat sabar ketika ditinggalkan
terlebih dahulu oleh anaknya meninggalkan dunia selamanya. Allah swt memberikan
pahala surga atas penderitaan batin yang dirasakan orang tua yang sabar
ditinggalkan wafat anaknya. Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوتُ بَيْنَهُمَا ثَلَاثَةُ
أَوْلَادٍ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ إِلَّا أَدْخَلَهُمَا اللَّهُ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ
إِيَّاهُمُ الْجَنَّةَ. قَالَ: يُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ. فَيَقُولُونَ:
حَتَّى يَدْخُلَ آبَاؤُنَا. فَيُقَالُ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ
“Tiada dua orang muslim yang memiliki tiga
anak yang meninggal sebelum mencapai usia baligh, kecuali Allah akan memasukkan
kedua orang tua tersebut ke dalam surga berkat rahmat-Nya kepada anak-anak
mereka. Lalu dikatakan kepada anak-anak itu : ‘Masuklah kalian ke dalam surga.’
Namun mereka berkata : ‘Tidak, hingga orang tua kami masuk terlebih dahulu.’
Maka dikatakan kepada mereka: ‘Masuklah kalian ke dalam surga bersama orang tua
kalian.'” (HR. An-Nasai).
Rasulullah saw berabda,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَنْ كَانَ لَهُ فَرَطَانِ مِنْ أُمَّتِى أَدْخَلَهُ
اللَّهُ بِهِمَا الْجَنَّةَ فَقَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا فَمَنْ
كَانَ لَهُ فَرَطٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَمَنْ كَانَ لَهُ فَرَطٌ يَا مُوَفَّقَةُ.
قَالَتْ فَمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ فَرَطٌ مِنْ أُمَّتِكَ؟ قَالَ فَأَنَا فَرَطُ أُمَّتِى
لَنْ يُصَابُوا بِمِثْلِى رواه الترمذي
Dari Ibnu Abbas ra, ia mendengar Rasulullah
saw bersabda, “Siapa saja yang memiliki dua anak yang menunggu (di akhirat
karena meninggal lebih dulu) di kalangan umatku, niscaya Allah memasukkannya ke
surga sebab keduanya.’ Aisyah bertanya, ‘Kalau hanya seorang anak yang
meninggal Ya Rasulullah?’ ‘Demikian juga orang tua yang memiliki seorang anak
yang meninggal Wahai perempuan yang mendapat taufiq,’ jawab Rasulullah. ‘Kalau
tidak memiliki anak meninggal di kalangan umatmu?’ ‘Aku yang akan menyambut
umatku dan mereka tidak akan merasakan musibah seperti (penderitaan yang)
kurasakan,” (HR At-Tirmidzi).
Rasulullah saw menjanjikan bahwa pahala besar
akan dipeoleh oleh kedua orang tuanya yang sangat sabar melepas kepergian
anaknya. Allah telah menyiapkan istana megah nan indah bagi mereka yang telah
memuji dan memulangkan urusan kematian anaknya hanya kepada Allah swt semata.
عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ وَلَدٌ لِعَبْدٍ، قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ لِمَلائِكَتِهِ: أَقَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟ فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ،
فَيَقُوْلُ: أَقَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤادِهِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ، فَيَقُوْلُ:
فَما قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُوْلُوْنَ: وَحَمِدَكَ واسْتَرْجَعَ، فَيَقُوْلُ: ابْنُوا
لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ رواه الترمذي وابن
حبان
Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari ra,
Rasulullah bersabda, “Bila anak seorang meninggal dunia, Allah bertanya
kepada para malaikat, ‘Apakah kalian mengambil anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab,
‘Betul.’ ‘Apakah kalian merenggut buah hatinya?’ tanya Allah. ‘Benar,’ jawab
mereka. ‘Lalu apa tanggapan hamba-Ku?’ ‘Ia memuji-Mu dan mengembalikan urusan
ini kepada-Mu,’ jawab mereka. ‘Dirikanlah sebuah istana di surga untuk
hamba-Ku. Namailah rumah itu ‘Baitul Hamdi,’’ perintah Allah,’” (HR
At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Kisah piluh juga dirasakan Nabi Muhammad saw
saat ditinggalkan putra tercintanya Ibrahim meninggal dunia diusia yang masih
sangat belia yaitu 1 tahun 10 bulan dari rahim ibunya yang bernama Maria
al-Qibtiyya dari kalangan budak, padahal Nabi saw adalah manusia yang paling
mulia disisi Allah swt, paling dekat dengan Allah, ujian yang beliau hadapi
terasa berat, hati bersedih, beliau menangis namun tetap beliau ridho atas
keputusan Allah swt. Beliau berkata ketika Ibrahim meninggal,
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻌَﻴْﻦَ ﺗَﺪْﻣَﻊُ ﻭﺍﻟﻘَﻠﺐ ﻳَﺤْﺰﻥُ ، ﻭَﻻَ ﻧَﻘُﻮﻝُ
ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﻳُﺮْﺿِﻲ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ، ﻭَﺇﻧَّﺎ ﻟِﻔِﺮَﺍﻗِﻚَ ﻳَﺎ ﺇﺑﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻟَﻤَﺤﺰُﻭﻧُﻮﻥَ
“Sungguh mata menangis dan hati bersedih, akan
tetapi tidak kita ucapkan kecuali yang diridhai oleh Allah, dan sungguh kami
sangat bersedih berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhori).
Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda,
إنَّ إبْرَاهِيمَ ابْنِي، وإنَّه مَاتَ في الثَّدْيِ،
وإنَّ له لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ في الجَنَّةِ
“Sesungguhnya Ibrahim putraku meninggal dalam
masa persusuan, dan sesungguhnya baginya di surga dua orang ibu susuan yang
akan menyempurnakan susuannya.”
(HR. Muslim).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan